50 Tahun Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta

[dropcap]K[/dropcap]OMSOS-GMK. Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan Yogyakarta merupakan Wadah pembinaan atau formasi pendidikan bagi calon-calon imam diosesan masa depan Gereja untuk Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Purwokerto, dan Keuskupan Medan. Senin, 19 November 2018 pukul  16.00 bertempat di Aula Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan diadakan sebuah Pesta Malam Selebrasi 50 tahun Seminari Tinggi St. Paulus bertempat di Kentungan. Malam Selebrasi ini dihadiri oleh pula Mgr. Robertus Rubyatmoko dan Mgr. Christophorus Tri Harsono.

Dalam kesempatan itu ditampilkan lagu “A Million Dreams” oleh Frater Fran feat Frater Brian. Dalam sambutannya,  Rm Matheus Djoko Setyo Prakosa, Pr ( Rektor Seminari Tinggi Kentungan) menyampaikan bahwa para Frater  akan menampilkan drama tentang bagaimana panggilan itu dihidupi, dihayati, bertumbuh dan akhirnya juga menjadi perutusan mereka sendiri. Drama mengusung judul “The Journey for a Dream”.

 

Drama ini berkisahkan tentang seorang calon imam (frater) yang sekian lama menjalani hidup panggilannya. Dulu ia meninggalkan segala kenyamanan dan segala hasil jerih payah yang telah ia perjuangkan dengan susah payah. Ia juga meninggalkan karier yang menjanjikan serta gaji yang besar serta banyak kolega yang telah ia kenal. Bahkan ia tinggalkan pula seorang wanita (kekasih) yang dicintainya  yang sering ia bayangkan menjadi istrinya kelak. Namun semua itu tidak membuatnya merasa puas dan bahagia, bahkan itu semua menimbulkan kekosongan di dalam hatinya. Semuanya tidak bisa dipenuhi hanya dengan dengan karier mapan serta gaji yang besar. Semakin ia mengejar semua kenikmatan itu semakin terbuka lebar ruang kosong dalam hatinya, bahkan keyakinannya terhadap sang  kekasih yang ia cintai masih tidak belum mampu menjawab pertanyaan serta kerinduannya. Saat itu ia hanya menjalankan rutinitas dan tanggung jawab yang ia kerjakan, tanpa ada jawaban pasti yang ia dapatkan.

Dalam kekosongan itu, ada suara lama yang mengiang dalam hatinya untuk ia ikuti. Suara itu berasal dari suara masa kecilnya saat seorang imam tua bertanya  padanya “Hayo, siapa yang mau jadi romo?” dan cepat-cepat  sang anak kecil itu mengangkat tangan dan berkata ”Aku, romo…Aku”.  Suara itulah yang membuatnya merenung cukup lama akan rencana perjalanan hidupnya. Ritme hidup, pekerjaan, semua yg berorientasi pada dirinya ia tinggal kan untuk mejalani hidup panggilan ini, dan pilihan yang membuatnya harus rela meninggalkan seorang kekasih yang baik.  Tentu sangatlah tidak mudah baginya untuk mengambil keputusan itu. Pilihan yang ia ambil tidak begitu saja diterima oleh orang-orang terdekatnya. Bahkan orangtuanya pun terus membujuknya untuk tidak meninggalkan segala kenikmatan yang ada serta kematangan yang sudah ia raih dengan susah payah. Tapi saat itu tekadnya telah bulat untuk memulai cara hidup baru yakni menjadi seorang calon imam.

Masa awal di seminari sangat membahagiakan bagi dia  seolah-olah segala pertanyaanya terjawab dan kerinduannya terpenuhi, bahkan orang tuanya  pun sudah bahagia dengan pilihannya. Namun pertanyaan besar muncul dalam hatinya yakni pada saat ia dihadapkan dengan banyak realitas hidup panggilan serta tantangan hidup imamat yang akan ia hadapi nanti. Ia kembali bertanya dalam hatinya “Tuhan mampukah aku dapat menjalani hidup panggilan ini dengan setia?”   

Di dalam drama musikal ini ada sharing bersama dengan Mgr. Ruby, Mgr. Tri serta Rm Djoko  yang dipandu oleh Frater Yongki. Bagi Mgr Ruby hal yang berkesan selama menjadi frater, studi, dan menjadi staff seminari, dan saat ini menjadi uskup adalah kebersamaan serta kekeluargaan yang masih bisa dirasakan hingga saat ini. Sebuah kursi hijau menjadi buktinya. Kursi itu menjadi tempat bercerita untuk membangun kebersamaan.  Rm Joko pun menceritakan sejarah Seminari Tinggi St. Paulus yang mengalami beberapa perpindahan

Seminari Tinggi Santo Paulus yang berlokasi di  Kentungan berdiri  50 tahun yang lalu namun sejatinya telah didirikan oleh Mgr.  P. J. Willekens,  SJ pada tahun 1936 dan seminari bermula di Muntilan yang sekarang menjadi Museum Misi Sanjaya Muntilan. Berikut beberapa  tanggal dan peristiwa penting:

  • 3 September 1938 : Pendidikan Seminari Tinggi diselenggarakan di Mertoyudan
  • Januari 1941 : Seminari berpindah ke jalan code Yk
  • 24 Jan 1942 : berpindah ke Girisonta
  • 27 Jan 1942 : berpindah ke kompleks Suster CB di Jl.  Colombo
  • 29 Juli 1944 : berpindah ke kompleks Asrama Budi Utomo Sindunegaran Yogyakarta
  • 10 Desember 1945 : Seminari berpindah ke Kolose St. Ignatius Kotabaru Yogyakarta
  • 20 Agustus 1952 : Seminari pindah ke Jl. Code Yk

Perpindahan ini  terjadi karena suasana perang dan situasi tidak menentu saat itu. Pada 6 Januari 1968 Seminari menetap di Kayen Kentungan Yogyakarta. Keberadaan Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan menjadi tanda keseriusan Gereja untuk memberikan tempat bagi pendidikan imam yang sampai sekarang telah berusia 50 tahun.  Para frater diajak untuk mempunyai sikap hati  yang bisa menyesuaikan dengan situasi jaman, membaca  tanda-tanda jaman dengan demikian mereka bisa menjadi imam-imam yang sungguh dapat membantu bapa uskup dalam karya pelayanannya. Maka visi dari  Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan adalah agar mereka menjadi gembala-gembala seperti Kristus  dan mereka siap untuk diutus menjadi pembawa kabar baik di tengah umat dan masyarakat sesuai dengan teladan Santo Paulus sendiri.

Rm Joko juga menyapa para orang tua untuk mempersembahkan dan memberikan dukungan kepada  saudara atau anak untuk membuat pilihan, salah satunya menjadi imam Diosesan KAS. Pada kesempatan ini Mgr. Tri Harsono menyampaikan bahwa ada 4 hal yang dimaknai dalam hidup imamat yaitu manusiawi, pastoral, spiritual serta intelektual. Sebelum mengungkapkan harapannya, Mgr. Ruby melengkapi beberapa hal yang dapat dimaknai dalam hidup imamatnya selain manusiawi, pastoral, spiritual serta intelektual, ada satu hal lagi yakni hidup BERKOMUNITAS.

Kemudian berkaitan dengan harapan , Mgr Ruby menyampaikan harapannya agar para calon imam dan imam menjadi pribadi yang sungguh dewasa, seorang imam yang punya karuh, dan memiliki sifat serta jiwa berpastoral yang baik untuk melayani umat, Tuhan serta Gereja-Nya. Mgr Ruby juga mengungkapkan syukur dan terima kasih atas formasi dan pembinaan selama sekian tahun bagi para romo,  dan merasakan betapa besar seminari mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk pribadi para calon imam nya baik imam-imam Keuskupan Agung Semarang,  Keuskupan Purwokerto,  Keuskupan Jakarta,  Keuskupan Medan dan juga imam lain.  Mgr Robertus Rubyatmoko mengajak para romo sebagai alumni seminari Kentungan untuk memberi dukungan baik dalam doa atau apapun dalam membantu  proses formatio calon imam.

 

Mgr.  Rubyatmoko memiliki harapan agar para frater bisa mengenyam pendidikan dengan baik dan akhirnya nanti bisa bergabung untuk menjadi imam-imam di KAS. Pada akhirnya Mgr. Ruby mengajak para imam dan uskup untuk  “merengkuh, ngopeni,  menopang,  ngragati” para calon imam. Pada kesempatan ini Frater Alfa Amorista bertanya kepada Mgr. Ruby dan Mgr. Tri tentang harapan umat bagi para frater. Mgr. Ruby kemudian menanyakan langsung kepada hadirin tentang harapan umat . Umat berharap para frater bisa hidup sederhana, setia dalam berkomitmen, dan dewasa dalam hidup spiritualitas. Pada akhir sharingnya Rm Djoko menyampaikan harapannya agar para calon imam dan imam perlu bekerja sama untuk meringankan karya serta pekerjaan uskup.

 

Rm Djoko sering berkata kepada para frater “Jangan membuat uskup itu repot , jangan membuat masalah. Karena tugas kita bukanlah menambah masalah, melainkan  meringankan masalah atau beban  yang ditanggungkan oleh bapa uskup. Dengan demikian kita dapat merasakan satu kesatuan bapa dan anak untuk karya keselamatan Allah.”  Tidak lupa juga pada kesempatan ini Mgr. Anicetus Bongsu Antonius Sinaga, O.F.M. Cap (Uskup Medan) dan Mgr. Ignatius Suharyo (Uskup KAJ) menyampaikan ucapan selamat ulang tahun bagi Seminari Tinggi St.Paulus Kentungan . Acara kemudian diakhiri dengan penampilan paduan suara para frater, foto-foto serta santap malam bersama.

 

catatan: Liputan dan foto oleh Monica

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *