PROFIL PAROKI

Visi Paroki

Umat Paroki Maria Marganingsih Kalasan dalam bimbingan Roh Kudus dan teladan Bunda Maria merupakan paguyuban ”pelayan” yang beriman mendalam dan tangguh, serta keluarga-keluarga Katolik sejati yang menjadi berkat bagi sesama dan alam ciptaan-Nya dengan melibatkan seluruh umat terutama anak-anak dan kaum muda.

Sejarah Gereja Maria Marganingsih Kalasan

Gereja Maria Marganingsih Kalasan terletak di dusun Krajan, Kel. Tirtomartani, Kec. Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gereja ini tepat berada di tepi jalan Yogya-Solo km 12.5. Gedung gereja berdiri persis di antara gedung SMP Kanisius Pancapana dan RS Panti Rini.

Paroki ini terbilang besar dengan jumlah umat mencapai kurang lebih 8546 jiwa (data Maret 2020) dan tersebar di 1 stasi, 15 wilayah dan 82 lingkungan. Di luar gereja induk, terdapat 5 gereja yang terletak di stasi Maguwo dan beberapa wilayah.

Di sebelah barat, paroki ini berbatasan dengan Paroki Santo Mikael Pangkalan, paroki St Maria Assumpta Babarsari, serta Paroki Santo Petrus dan Paulus Babadan. Di  sebelah utara berbatasan dengan paroki Santa Maria Assumpta Pakem. Di sebelah timur berbatasan dengan Paroki Tyas Dalem Macanan dan di sebelah selatan berbatasan dengan paroki Santo Paulus Pringgolayan

Pada awalnya Paroki Santo Petrus dan Paulus Babadan masuk wilayah pelayanan paroki Maria Marganingsih Kalasan namun kemudian menjadi paroki mandiri pada tanggal 29 Juni 2011.

Perkembangan lain muncul ketika stasi Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan ditetapkan menjadi Paroki Administratif Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan pada tanggal 1 Januari 2018 dan menjadi paroki mandiri pada tahun 2020.

Di wilayah paroki GMMK ini juga terdapat komunitas para suster dan bruder seperti komunitas CB, OP, SPC, SFD, RMI, ALMA dan bruder CSA yang telah memberi sumbangan yang berharga bagi perkembangan kehidupan menggereja di paroki.

Sejarah Paroki Maria Marganingsih Kalasan dimulai pada masa Masa Pra Kemerdekaan, antara tahun 1932 sampai 1945. Pada masa itu orang-orang masih hidup dalam suasana tradisional dan bisa dikatakan belum mengenal agama Katolik.

Tokoh pertama yang mengenalkan sosok Kristus adalah Bapak M. Prawirosewojo yang berprofesi sebagai guru SR IV Negeri Kalasan. Kemudian muncul tokoh-tokoh lain seperti Bapak Dwidjaseputro. Saat itu umat kalasan masih berada di bawah naungan paroki St Antonius Kotabaru dengan bimbingan romo-romo Jesuit.

Pada akhir tahun 1920, sebanyak 6 warga Kalasan dipermandikan dan sesudahnya jumlah pengikut Kristus bertambah banyak dan tentunya membutuhkan kapel sebagai tempat ibadah.

Gagasan baru kemudian muncul yakni dengan mendirikan sekolah Katolik yang disebut Sekolah Misi. Pada tanggal 18 Juli 1925 mulailah dibangun gedung yang pada akhirnya bernama SD Kanisius dan diberkati dalam perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Romo Strater,SJ.

Romo Strater,SJ. menjadi romo pertama yang berkarya di Kalasan. Ruang doa atau kapel kemudian dibangun di sekolah misi tersebut dan pada saat itu jumlah umat mencapai 300 orang.

Sejak saat itu umat berkembang terus dan kemudian mulai berkembang stasi-stasi baru di sekitarnya Dogongan, Jarakan, Sumber, Berbah, Karangasem, Dinginan di wilayah Prambanan

Sakramen Krisma pertama di paroki ini terjadi pada tanggal 28 Agustus 1930. Sebanyak 45 orang menerima sakramen krisma oleh Mgr. A. Van Velsen, SJ

Tanggal 29 Juni 1932 menjadi momen paling bersejarah ketika dilakukan pemberkatan gedung gereja oleh Mgr. A. Van Velsen, SJ. Gereja itu dipersembahkan kepada Ibu Maria yang kemudian diberi nama gereja Ibu Marganingsih yang artinya ibu Maria yang menjadi perantara kasih Allah. Pada masa itu umat dibina dalam pertemuan-pertemuan di kring-kring yang terdiri dari 50 kring. Pada saat itu jumlah umat kalasan mencapai 5,500.

Saat ini nama paroki berganti menjadi Paroki Maria Marganingsih Kalasan dan secara resmi berdiri pada tangal 8 Mei 1957 sehingga tanggal 8 Mei menjadi Hari Ulang Tahun Paroki.

Paroki Maria Marganingsih Kalasan mempunyai potensi besar  dalam tradisi menggereja yang teruji dengan berkembangnya wilayah-wilayah sekitar Kalasan. Beberapa stasi yang semula menjadi bagian wilayah Paroki Maria Marganingsih Kalasan kini menjadi paroki Mandiri.

Potensi anak muda atau OMK juga luar biasa. Mereka beberapa kali sukses mengemban tugas menggelar even-even besar seperti AYD (Asean Youth Day), Tarcisius Cup dan lomba-lomba di tingkat kevikepan dan KAS,

Dengan tata kelola yang baik dan pendekatan pengembalaan yang sesuai dengan karakter umat, paroki ini akan terus berkembang menjadi paroki yang inklusif, transformatif dan inovatif dalam mewujudkan peradaban kasih.

Catatan: Dirangkum dari berbagai macam sumber oleh Yusup Priyasudiarja