“Without big data, you are blind and deaf and in the middle of a freeway.” (Tanpa data besar, Anda akan buta dan tuli di tengah-tengah jalan). Begitulah yang dikatakan Geoffrey Moore, seorang konsultan manajemen berkebangsaan Amerika, sekaligus penulis buku.
Barangkali itulah yang menjadi inspirasi tim Litbang Paroki Maria Marganingsih Kalasan dalam mengumpulkan data umat, mengolahnya dan menjadi data base yang lengkap dan akurat sebagai pijakan romo paroki dalam membuat kebijakan penggembalaan umatnya.
Pada hari Sabtu, 20 Maret 2021, tiga frater Kentungan dan satu mahasiswi program pasca Sarjana Universitas Sanata Dharma kembali berkunjung ke gereja Maria Marganingsih Kalasan. Kali ini mereka berkesempatan meneliti kiprah Litbang Paroki.
Bertempat di ruang pertemuan pastoran, selama kurang lebih dua jam mereka mendengarkan pemaparan dari Tim Litbang. Pada pemaparan siang itu, Ketua Bidang Litbang Christopher Sutanto Prabowo yang juga seorang guru di SMA Dominikus Wonosari, blogger, sekaligus ahli IT dibantu anggota tim litbang yakni YKD Lukito (Koordinator Tim Pengembangan Litbang Kalasan) serta Djati Goenawan (Koordinator Tim Pelayanan Penelitian Litbang Paroki).
Tim Litbang banyak menjelaskan tentang sistem pendataan umat, peta teritorial digital, sistem kerja litbang, web paroki, komputerisasi dalam pelayanan umat dan semua yang berhubungan dengan perlitbangan.
Dipaparkan pula tentang sinergitas antar bidang pelayanan, penelitian tentang ketersampaian informasi/katekese ke umat. Oleh ketiga nara sumber, semua hal disampaikan dengan gaya penuturan yang tampak santai ditingkai jokes-jokes cerdas sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan selama perbincangan tentang seluk-beluk litbang paroki. Alhasil, keempat peserta ini mendapatkan kesan positif.
Mahasiswi asal Lampung bernama Kristalia Dessindi menjelaskan bahwa pemaparan dari litbang Paroki Maria Marganingsih Kalasan ini sangat menarik dan banyak pengetahuan yang ia dapatkan.
“Litbang di sini beda sekali dengan yang ada paroki lain, apalagi dengan paroki saya di Lampung. Semua data sudah tersedia dan terupdate. Harapannya, semoga kinerja Litbang terus bisa dilanjutkan dan semoga bisa menginspirasi paroki lain di KAS,” ujarnya sambil tersenyum.
Hal serupa diungkapkan oleh Fr. Leonardus Dwi Hananto yang berasal dari paroki Salam.
“Saya mengandaikan, seandainya litbang di semua paroki seperti litbang di paroki Kalasan maka Uskup pun tidak akan “mumet” untuk menentukan kebijakan,” tegas Fr Dwi Hananto.
Sementara itu Fr Antonius Koko Kristanto yang berasal dari paroki Tyas Dalem Gusti Yesus Macanan juga menyampaikan kesan positif. Frater yang berperawakan tinggi ini melihat bahwa bahwa Litbang paroki Kalasan diisi oleh orang-orang yang humanis dan ada afeksi yang muncul di tim Litbang sehingga tugas pekerjaan Litbang bisa dilaksanakan dengan baik.
“Harapan saya, Litbang sering mengadakan survei umat karena data dari tim Litbang akan selalu dijadikan pijakan bagi romo dalam menentukan kebijakan penggembalaannya,” ujarnya.
Dengan menggunakan diksi judul lagu “terpesona”, Fr Yohanes Kristi Andayanto juga mengungkapkan kesan positifnya melihat kiprah dan kinerja tim litbang Paroki Maria Marganingsih Kalasan.
“Saya terpesona karena di paroki Kalasan ini ada data yang sebagus ini, mulai dari data babtisan sampai data umat lainnya. Harapannya, kelak tim Litbang Kalasan bisa memberikan pelatihan ke paroki lain dalam hal pendataan umat,” ungkapnya.
Semoga dengan pemaparan dari tim Litbang para frater dan mahasiswi Universitas Sanata Dharma ini mendapatkan informasi lengkap tentang pentingnya kiprah litbang di paroki serta pentingnya data sebagai pijakan pembuatan kebijakan pastoral. Bila berbicara mengenai data maka kita lalu teringat dengan apa yang pernah disampaikan Sherlock Holmes “It is a capital mistake to theorize before one has data.” Sungguh sebuah kesalahan besar bila kita hanya berteori tanpa memiliki data.
