Frater Gregorius Prima Dedy Saputro adalah seorang calon imam Keuskupan Agung Semarang. Sejak 28 Juni 2017, putra pasangan suami istri; D. Dwi Margo Santosa dan M. Sita Nawatiningsih dari lingkungan Santo Yakobus, Kalasan Tengah, ini sedang menjalani masa studi di Pontificia Universita Urbaniana dan tinggal di Pontificio Collegio Urbano, Roma, Italia. Berikut Frater Dedy menyampaikan sharing perutusannya.
Sabar dan Tekun
Setelah makan malam, seorang frater dari India datang ke kamar saya. Ia mengajak diskusi materi Bahasa Yunani. Waktu itu, kami menerjemahkan kalimat-kalimat dari Bahasa Yunani ke dalam Bahasa Italia, menganalisis setiap kata sesuai gramatika. Butuh waktu lebih dari dua jam untuk menerjemahkan dan menganalisis kurang lebih 10 kalimat. Bagi kami, materi tersebut tidaklah mudah dan membutuhkan banyak perjuangan. Bagaimana tidak, seorang Indonesia dan India belajar Bahasa Yunani dalam Bahasa Italia. Ada kesulitan yang berlipat.
Itulah sedikit gambaran tentang salah satu hal yang saya alami selama proses belajar di Roma. Sudah setahun lebih sedikit saya hidup sebagai frater perantauan di Roma, Italia. Saya diutus untuk belajar Teologi di Pontificia Universita Urbaniana dan tinggal di Pontificio Collegio Urbano. Di Collegio (Seminari Tinggi) itu, saya tinggal bersama lebih dari 100 frater dari 35 negara (Asia, Afrika, Amerika Latin, Oceania). Dengan konteks itulah, saya melanjutkan proses pendidikan calon
Di Roma, banyak hal yang baru, menantang, menarik, dan menyulitkan; mulai dari bahasa, materi pelajaran, komunitas yang sangat majemuk, budaya baru, pastoral dengan umat Italia, dan segala dinamika di Seminari dan Universitas yang menuntut banyak tanggungjawab. Dalam keadaan tersebut, saya tidak bisa hanya diam dan menyerah. Saya ditantang untuk maju dan berkembang. Dua hal yang selalu saya perjuangkan adalah sabar dan tekun. Itulah nasihat yang selalu saya terima dari Ibu saya; sejak saya seminaris di Seminari Menengah sampai sekarang. Ibu saya selalu memberikan wejangan itu saat saya telepon, sharing bersama, atau saat hendak pulang ke Seminari. Itulah yang membekas, tertanam, dan saya
Bagi saya, sabar dan tekun menjadi pegangan untuk menjalani perutusan studi ini. Mungkin akan banyak hal baru dan sulit, tapi dengan dua hal tersebut, sedikit demi sedikit semua bisa dilewati dengan baik. Saat berusaha sabar, saya membuka diri pada “hal yang lebih besar”, yaitu penyertaan Tuhan. Usaha yang bisa saya berikan atas pernyertaan Tuhan adalah tekun. Saya berusaha setia untuk menekuni bahan-bahan kuliah, menekuni setiap tanggungjawab, dan menekuni setiap kegiatan di Seminari dan
Selain itu, saya menempatkan perutusan studi di Roma sebagai persiapan untuk bermisi di Keuskupan Agung Semarang. Saya menggali ilmu teologi, pandangan, dan pengalaman dengan banyak budaya dan memperluas cakrawala tentang Gereja Universal. Sehingga, saat saya pulang, dapat membawa hal yang bermanfaat bagi
Jalan untuk menyelesaikan studi masih panjang. Kalau melihat ke depan, kadang saya awang-awangen. Untuk itulah, saya selalu berusaha membangun pengharapan yang cerah, usaha yang nyata, dan memasrahkan kepada Tuhan. Saya sangat percaya bahwa Tuhan telah menyiapkan segalanya. Saya hanya perlu mengikuti rencana-Nya. Untuk melihat jalan-Nya, saya perlu menyingkirkan kabut dan menemukan cahaya, perlu usaha dan doa. Untuk itu, saya mohon doa dari seluruh umat, sehingga perutusan studi yang sedang saya jalani menjadi barokah dan mabrur. Amin.
Matur Nuwun lan Berkah Dalem.
Penulis kisah: Fr. Dedy
Foto: Dokumentasi pribadi Fr. Dedy