Peringatan 1000 Hari Meninggalnya Mgr Johannes Maria Pujasumarta

Mgr Johannes Maria Pujasumarta adalah pribadi yang rendah hati dan mau mendengarkan. (Rm Yohanes Rasul Edy Purwanto, Pr –  Vikjen KAS).

Itulah salah satu penggalan homili dari Rm YR Edy Purwanto, Vikjen KAS, ketika memimpin misa konselebrasi  mengenang 1000 hari meninggalnya Mgr Johannes Maria Pujasumarta. Misa diselenggarakan di Kapel Seminari Tingi St. Paulus  Kentungan pada hari Rabu 22 Agustus 2018 pukul 10. Imam lain yang turut mendampingi Rm YR Edy Purwanto  adalah Mgr Blasius  Pujaraharja (Uskup Emeritus Ketapang) serta belasan imam diosesan KAS. Di barisan umat terlihat pula keluarga dan kerabat dekat Mgr Johannes Maria Pujasumarta.

Mgr Johannes Maria Pujasumarta  lahir di Surakarta 27 Desember 1949  dan ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 25 Januari 1977. Pada tahun 1998, ia diangkat menjadi Vikjen Keuskupan Agung Semarang. Lalu pada tanggal 17 Mei 2008, ia ditunjuk sebagai Uskup Keuskupan Bandung dan berkarya menjadi gembala di Keuskupan Bandung sampai tahun 2010. Pada tanggal 12 November 2010 Ia ditunjuk sebagai Uskup Agung Semarang oleh Paus Benediktus XVI.

Rm YR Edy Purwanto juga mengenang Mgr Johannes Maria Pujasumarta sebagai sosok yang selalu mendengarkan bahkan kritikan pedas sekalipun. Di samping itu, Mgr Pujasumarta juga menjadi sosok yang selalu memberi pengharapan dan peneguhan dan selalu menaruh kepercayaan kepada rekan kerja dalam pelayanan kepada umat bahkan ketika Mgr Johannes Maria Pujasumarta sudah mulai menderita sakit.

Rm Yohanes Rasul Edy Purwanto, Pr (Vikjen KAS)

Mgr Johannes Maria Pujasumarta juga dikenal sebagai sosok yang sabar  dan tidak mudah marah. Rm Edy Purwanto lalu bercerita sepenggal pengalaman ketika monsinyur mengajar para seminaris di Seminari Menengah Mertoyudan.

Kala itu ketika mengajar bahasa latin di seminari, monsinyur dengan sabar membantu para seminaris baik yang sudah cukup pintar maupun yang kurang pintar dengan berkeliling kelas dan membantu para seminaris satu persatu. Suatu kali ada seorang seminaris yang nakal dan “buang angin” ketika didekati monsinyur. Dan tentu saja ini menimbulkan bau yang tidak sedap. Monsinyur tidak marah dengan kejadian ini. Beliau hanya berjalan menjauh menuju papan tulis, sejenak menggelengkan kepalanya sambil mengulang ucapan “ora bener, ora bener”.  Dan bahkan monsinyur sebenarnya malah bisa tersenyum-senyum dengan kejadian ini.

“Mgr Pujasumarta itu jarang sekali marah. Saya tidak tahu apakah monsinyur itu tidak bisa marah atau bisa marah tetapi tidak mau marah,” ujar Rm Edy Purwanto

Sesudah misa usai, acara kemudian dilanjutkan dengan doa dan tabur bunga serta pelepasan sepasang burung merpati di komplek makam Mgr Pujasumarta. Doa dipimpin oleh Rm. Emanuel Marto Sujito, Pr.

Semoga Mgr Pujasumarta sudah menerima kebahagian abadi di surga dan boleh menjadi pendoa bagi kita semua yang masih masih mengembara di dunia.

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *