BATU SANDUNGAN – Pentigraf Rohani oleh Tengsoe Tjahjono

Ini terjadi di negeri antah berantah. Konon para orang kaya selalu bersekongkol dengan para petugas pajak agar tidak membayar pajak untuk negara. “Jangan laporkan seluruh harta kekayaanku agar tidak terlalu banyak pajak yang harus aku bayar,” perintahnya kepada petugas pencatat harta kekayaan. Para orang kaya itu semakin hari semakin kaya, hartanya bertimbun untuk tujuh keturunan.

Hari demi hari pemasukan negara itu menurun. Pembangunan pun mangkrak. Jalan raya, jembatan, gedung sekolah, pabrik, dan sebagainya terbengkalai. Jumlah karyawan dan pegawai negara yang dirumahkan semakin banyak, pengangguran pun meningkat. Jumlah orang miskin yang harus dibiayai negara meningkat tajam. Lalu, bagaimana dengan orang-orang kaya itu? Mereka tak bisa lagi membelanjakan uangnya sebab kebutuhan pokok sulit didapatkan. Hartanya tak bisa menyelamatkan dirinya.

“Bayarlah pajak agar kalian tak menjadi batu sandungan bagi banyak orang dan bagi kamu sendiri,” kata Sang Guru Agung. Namun, ketika itu tak banyak orang yang mau mendengarkan. Sekarang mereka baru merasakan akibatnya. Batu sandungan itu sungguh bisa menghancurkan kehidupan bersama.

Inspirasi Sabda: Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga.” (Matius 17:27)

#pentigrafrohani

Catatan: Pentigraf adalah cerpen yang berisi tiga paragraf

foto diambil dari: http://freegiftfromgod.com/2018/07/what-is-the-stumbling-block-mentioned-in-the-new-testament/

Tengsoe Tjahjono

Terlahir pada 3 Oktober 1958 di Jember. Pengajar di Universitas Negeri Surabaya ini pernah menjadi dosen tamu di Hankuk University of Foreign Studies Seoul Korea Selatan (2014-2017). Penyair yang pernah memperoleh Penghargaan Seniman dari Gubernur Jawa Timur (2012) ini telah menulis beberapa buku puisi. Buku terakhir yang ditulis adalah Meditasi Kimchi (2016), Felix Mencuci Piring (2016), dan Kisah Kopi yang Menunda Gerimis Reda (2017). Iniasi terbentuknya KPK Deo Gratias dan Komunitas Kampung Pentigraf Indonesia.

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *