“Saya mendengar sekarang ini di mana-mana ada kodok yang membuat jaringan. Bahkan, ada kodok ngorek segala.
Itu kodok apa, to? Apa sekarang ada gerakan makan swike?” tanya seseorang kepada temannya yang menjadi anggota Legio Mariae. “He… he… he…, bukan swike. Bukan kodok betulan, kok. Itu maksudnya: Jaringan Kodok, yaitu Jaringan Persaudaraan antar-Kelompok Doa di Keuskupan Agung Semarang. Sementara, Kodok Ngorek adalah nama buletinnya,” jawab anggota Legio tersebut.
Dalam Gereja Katolik, termasuk di Keuskupan Agung Semarang, terdapat begitu banyak kelompok doa. Hanya saja dalam praksis di lapangan, kelompok doa ini berjalan sendirisendiri, bahkan tidak jarang terjadi persaingan, perebutan anggota dan tempat doa di paroki. Padahal kelompok doa menjadi berkat bagi Gereja! Gereja sendiri sangat mendukung adanya kelompok-kelompok doa. Kelompok doa menjadi “sekolah doa” yang merupakan salah satu kekuatan demi pembaruan rohani dalam Gereja, sejauh menimba dari sumber-sumber doa Kristen yang benar. Mengusahakan persekutuan adalah satu tanda untuk doa yang sungguh gerejani (KGK 2689).
Itulah sebabnya sejak tahun 2001, semua kelompok doa di KAS diwadahi dalam Jaringan Kodok: Jaringan Persaudaraan antar-Kelompok Doa di KAS. Dalam wadah ini, kelompok-Renungan Bulan Maria & Bulan Katekese Liturgi 65 kelompok doa dapat saling berkomunikasi dan berjejaring, sehingga semua dapat berkembang dalam semangat kesatuan sebagai satu Tubuh Mistik Kristus atau Gereja. Santo Paulus sudah mengingatkan kita bahwa ada macam-macam karunia tetapi itu semua berasal dari satu Roh, ada banyak anggota tetapi tetaplah satu tubuh (bdk. 1Kor. 12). Dalam Jaringan Kodok sekarang ini, terdapat kurang lebih 45 kelompok doa.
Ada kelompok doa yang hanya memiliki satu kelompok saja, tetapi ada juga kelompok doa dengan banyak anggota dan memiliki jaringan dari tingkat paroki, kevikepan, hingga keuskupan, antara lain Legio Mariae, Pembaruan Karismatik, Kerahiman Ilahi, dan Komunitas Tritunggal Mahakudus (KTM).
#Sekolah Liturgi