Pak Ayub sudah menderita sakit bertahun-tahun la manya. Berbagai macam cara telah diusahakan bagi ke sembuhannya. Pada suatu hari, ia didatangi oleh sekelompok pendoa. Keluarga Pak Ayub menerima dengan senang hati dan mempersilakan mereka berdoa. Selama 3 hari berturutturut, Pak Ayub didoakan oleh mereka, namun tidak ada tanda-tanda kesembuhan, bahkan sakitnya semakin parah.
Pada hari yang ketiga, sambil berpamitan dengan Pak Ayub sekeluarga, salah seorang dari kelompok pendoa itu berkata, “Kami sudah berdoa mohon kesembuhan, namun Bapak tidak segera sembuh juga. Ini pertanda bahwa Bapak sekeluarga kurang beriman.” Pak Ayub sekeluarga sangat terpukul dan hancur hati mendengar kata-kata tersebut.
Kasihan sekali Pak Ayub sekeluarga dikatakan kurang beriman. Kata-kata seperti itu tidak boleh diucapkan. Itu vonis yang kejam dan tanpa dasar. Bahkan dalam pandangan iman kristiani, kata-kata tersebut tidak tepat. Sembuh atau tidak, terkabul atau tidak doa kita, sesungguhnya adalah perkenan dan kehendak Allah saja. Orang menderita sakit tidak selalu karena kurang beriman. Ingatlah bahwa Yesus Kristus yang tanpa dosa juga harus menderita sakit dan wafat di salib. Ingatlah pula para martir suci yang justru imannya harus menderita sakit dan mati. Yang penting sebenarnya: Pak Ayub sekeluarga dan kita semua tetap harus beriman teguh dalam segala situasi dan kondisi, suka atau pun duka. Maka, marilah kita rajin mengucapkan doa iman.
Doa Iman (PS 21) termasuk dalam kelompok Doa Dasar. Doa Iman adalah doa yang berisi ungkapan pengakuan iman akan Allah Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dalam doa ini diungkapkan kepercayaan akan Allah Bapa yang mengasihi dan menyayangi kita melalui Yesus Kristus Putra-Nya dan dengan daya kekuatan Roh KudusNya senantiasa membimbing kita pada kebenaran. Doa iman juga memohon agar Bapa memberi iman yang hidup dan keberanian kepada kita untuk bersaksi bagi dunia.
#Sekolah Liturgi
