Devosi Kepada Hati Kudus Yesus oleh Rm R. Budiharyana, Pr.

Dasar Injili.

      Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: “Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan.” Dan ada pula nas yang mengatakan: “Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam” (Yoh 19:32-37).

Para Bapa Gereja memandang air dan darah yang mengalir dari hati Kristus itu sebagai lambang Pembaptisan (air) dan Ekaristi (darah), yaitu dua Sakramen asasi Gereja. Maka dikatakan Gereja lahir dari lambung Kristus ibarat Hawa lahir pada awal penciptaan dari lambung Adam.

Lazimnya hati dilukiskan sebagai jantung, karena bagi manusia jantung adalah denyut kehidupan dan dianggap tempat perasaan.

 

Sejarah Devosi kepada Hati Kudus Yesus.

Devosi kepada hati Kudus Yesus berkembang dari penghormatan kepada kemanusiaan Kristus yang sudah berkali-kali dibela oleh Gereja dengan alasan bahwa kodrat manusia Yesus dan Kodrat Ilahi Allah Putra menyatu dalam satu Pribadi, yaitu Pribadi Allah Putra.

Berkat wahyu pribadi kepada Santa Margaretha Maria Alacoque (1647-1690) devosi kepada Hati Kudus Yesus berkembang cepat dan menjadi populer. Kristus berbicara kepada Santa Margaretha Maria tentang ‘hati yang dingin’ dari manusia yang telah berpaling dari pada-Nya, menyangkal Dia. Kristus mendesak Santa Margaretha Maria untuk menimbulkan di dalam hati manusia keinginan yang besar untuk mengenal Kristus melalui Devosi kepada Hati Kudus-Nya dan dengan demikian mencintai Tuhan, Bapa dari semua umat manusia.

Santa Margaretha Maria Alacoque adalah seorang biarawati/suster yang sejak kecil mengalami banyak penderitaan dan sakit-sakitan. Ia mengalami penampakan-penampakan Tuhan Yesus dalam keadaan bermahkota duri atau disalibkan. Pada bulan Desember 1673 (dua tahun menjadi suster), ia mendapat wahyu pertama tentang penghormatan kepada Hati Kudus Yesus. Selama 18 bulan secara terus-menerus Yesus menampakkan Diri kepadanya dan menjelaskan apa yang dikatakan-Nya pada wahyu pertama.

Secara ringkas dapat disimpulkan pesan Tuhan Yesus kepada Margaretha Maria Alacoque sebagai berikut: “Orang harus menghormati Hati-Nya Yang Mahakudus. Bentuk Hati Yesus itu, sebagaimana tergambar jelas dalam penampakan yang dialami Margaretha Maria adalah sebuah hati manusia yang bermahkota duri, tergores luka, dengan api dan cahaya kemilau. Yesus mengatakan bahwa meskipun Ia sungguh-sungguh mencintai manusia, namun manusia membalas cinta-Nya dengan sikap dingin dan acuh tak acuh.

Adalah tugas Margaretha Maria untuk mengimbangi semua kelemahan dan kekurangan umat manusia. Tuhan Yesus memberitahukan kepada Margaretha Maria bagaimana menghormati Hati Kudus-Nya, antara lain: dengan seringkali menerima Komuni Kudus, teristimewa pada Hari Jumat Pertama setiap bulan selama sembilan bulan berturut-turut, ia harus berjaga di hadapan Sakramen Mahakudus pada setiap malam Jumat sebagai kenangan akan penderitaan-Nya dan pengkhianatan atas Diri-Nya di taman Getsemani pada hari Kamis Putih.

Pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus tahun 1675, Tuhan menampakkan Diri-Nya sebagai Wahyu Hati Kudus yang terakhir dan terpenting: “Ingatlah akan Hati-Ku yang begitu mencintai manusia hingga habis-habisan, bahkan menjadi lelah dan habis terbakar oleh cinta itu. Sebagai pengganti terima kasih, Aku menerima dari banyak orang hanya sikap acuh tak acuh, ketidaksopanan dan dosa sakrilegi, sikap dingin, dan caci maki”.

Jauh sebelum wahyu pribadi kepada Santa Margaretha Maria Alacoque, devosi kepada Hati Kudus Yesus sebenarnya telah ada, dan sejumlah tokoh mistik Kristiani telah berusaha memperkembangkannya, yaitu: Santo Bernardus dari Clairvaux, Santo Bonaventura, Santa Mechtildis, Santa Gertrudis, Santo Fransiskus dari Sales, dan Santo Yohanes Eudes.

Hari Raya Hati Kudus Yesus dirayakan pada hari Jumat sesudah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus atau hari Jumat ketiga sesudah Pentekosta.  Sedangkan setiap bulan, pada hari Jumat Pertama dipersembahkan juga sebagai hari untuk menghormati Hati Kudus Yesus. Bulan Juni dipersembahkan sebagai bulan khusus untuk menghormati Hati Yesus Yang Mahakudus.

Untuk menghormati Hati Kudus Yesus, secara fakultatif sesudah Ekaristi diadakan Pentakhtaan Sakramen Mahakudus, Pentakhtaan Hati Kudus Yesus secara khusus dan kalasanta (saat suci) atau dikenal dengan istilah tuguran, yaitu saat umat beriman berdoa dan merenung (meditasi) selama satu jam di hadapan Sakramen Mahakudus. Saat-saat ini adalah kesempatan untuk memberi silih atas dosa-dosa kita, membaktikan diri kita seutuhnya kepada Hati-Nya Yang Mahakudus, saat untuk mengingat betapa besar cinta kasih Tuhan kepada kita, merenungkan dan ‘menemani’ Tuhan Yesus ketika berdoa di Taman Getsemani pada malam menjelang sengsara-Nya, sebagai tanggapan umat beriman atas sabda Yesus: : “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.”

(Mat 26:38).

Makna “Devosi kepada Hati Kudus Yesus”.

Devosi kepada Hati Kudus dimaksudkan untuk membalas cinta kasih yang dinyatakan Allah kepada kita melalui Yesus. Hal ini terkait erat dengan pemahaman bahwa Hati Yesus adalah lambang dan perwujudan cinta kasih Kristus yang tak terbatas. Cinta kasih itulah yang menjadi alasan utama pembaktian kepada Hati Yesus.

Devosi kepada hati Kudus Yesus adalah jawaban pribadi orang beriman atas kenyataan betapa besar cinta kasih Kristus, sebagai Tuhan dan sebagai manusia, yang dilambangkan dengan hati-Nya. Devosi kepada Hati Kudus Yesus merupakan bukti balas cinta kita kepada Tuhan yang telah lebih dahulu mencintai kita sedemikian rupa sehingga …. “Ia telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.  Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1 Yoh 4:9-10).

Hati Yesus disebut “Kudus” – Hati Kudus Yesus.

Kata “kudus” di sini berarti “harus dihormati”, mendapatkan respek dan adorasi karena “hati” yang dimaksud adalah hati Yesus Kristus sendiri yang adalah Allah. Tubuh Kristus dan segala bagiannya pantas disembah karena milik seorang Pribadi Ilahi. Perlulah bagi kita untuk menjalin/memelihara hubungan dengan Pribadi Ilahi itu. Jadi, apabila kita berbicara tentang “Hati Kudus”, yang kita maksudkan adalah pribadi Yesus Kristus dengan penekanan istimewa pada kasih-Nya sebagaimana dilambangkan oleh hati-Nya. Maka “Hati Kudus” berarti Kristus yang mengasihi kita.

Mengapa hati?

“Hati” bukanlah sepatah kata, melainkan sebuah tanda kasih. Tanda atau lambang sebuah hati tidak memerlukan penjelasan kepada kita tentang apa yang dimaksudkan. Kita semua melihatnya sebagai sebuah tanda cinta kasih. Hati Kudus Yesus adalah sebuah tanda dan lambang yang memiliki kekuatan dari cinta kasih dan kerahiman yang dilimpahkan atas umat manusia oleh Allah melalui Hati Putera-Nya yang tertikam. Dalam “Devosi kepada Hati Kudus Yesus”, Hati fisik Yesus menjadi objek material dan inderawi devosi dan cinta kasih-Nya menjadi objek rohani devosi. Yang menjadi isi ialah iman kepada cinta kasih Yesus kepada Bapa. Cinta Hati Yesus kepada manusia menjadi perwujudan cinta kasih-Nya kepada Bapa.

Hati Yesus adalah bagian badan Yesus yang paling suci, bagian yang paling luhur dari kodrat manusiawi-Nya. Di dalamnya terjadi persatuan antara kemanusiaan dengan pribadi sabda Ilahi. Hati Yesus menampakkan dua kodrat dalam diri Yesus, yakni ilahi dan insani, dan menampakkan pribadi sang Sabda sendiri. Hati merupakan simbol seluruh misteri penebusan manusia. Maka, bila kita menyembah Hati Yesus, yang sesungguhnya kita sembah adalah cinta Kristus yang ilahi dan insani. Kristus memperlihatkan Hati-Nya yang terluka dan bernyala-nyala kepada manusia yang tiada pernah akan padam selamanya. Bila devosi ini dipraktekkan dengan jujur dan dengan pemahaman yang benar, akan membantu umat beriman untuk merasakan cinta kasih Kristus yang besar yang merupakan puncak kehidupan Kristiani.

 

Hubungan antara Devosi Hati Kudus Yesus dengan Adorasi Ekaristi.

Devosi Hati Kudus Yesus sangat erat kaitannya dengan Ekaristi Kudus. Dari dirinya sendiri, Ekaristi adalah anugerah Hati Yesus yang terluka karena cinta kepada kita. Sebab dari lambung yang tertikam, keluar darah dan air. Darah melambangkan sakramen Ekaristi. Kepada Margaretha Maria, Yesus mengeluh karena kedinginan dan ketidakacuhan manusia akan sakramen cinta kasih, yakni Ekaristi. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa perkembangan devosi Hati Kudus Yesus selanjutnya sangat berwarna ekaristis.

Paus Paulus VI sendiri menyatakan bahwa diantara devosi-devosi popular, devosi Hati Kudus mendapat tempat istimewa, sebab devosi itu terutama mempunyai dasarnya dalam misteri suci Ekaristi, yang daripadanya mengalir pengudusan manusia dalam Kristus dan pemuliaan Allah. Bahkan, Paus Yohanes Paulus II menunjukkan bahwa hati Kristus yang ditikam demi kita, itulah cinta kasih yang menebus dosa, yang merupakan sumber keselamatan. Kita tidak hanya dipanggil untuk merenungkan dan memandang misteri cinta kasih Kristus itu, tetapi juga mengambil bagian di dalamnya. Itulah misteri Ekaristi Kudus, pusat iman kita, pusat kebaktian kita kepada cinta penuh belas kasih Kristus yang dinyatakan dalam Hati Kudus-Nya.

Oleh Yohanes Paulus II, devosi kepada Hati Kudus Yesus dengan tekanannya pada Ekaristi dipandang sebagai cara yang paling tepat untuk menghayati perutusan pokok Gereja, yaitu mengimani dan memberi kesaksian mengenai belas kasih ilahi. Dengan masuk ke dalam misteri Hati Kristus, kita mengenal kekayaan cinta kasih Kristus dalam sabda dan karya-Nya, yang mewahyukan cinta belas kasih Bapa di surga.

Dalam ensiklik Haurietis Aquas, devosi Hati Kudus akan membawa umat manusia untuk memperkembangkan penghormatan kepada Sakramen Mahakudus dan salib suci, sebab tidak ada seorangpun yang dapat mencintai Yesus yang tergantung di salib dengan tepat bila ia belum mengerti rahasia-rahasia misteri Hati Kudus Yesus. Devosi kepada Hati Yesus, bertujuan untuk mengingatkan kita bahwa karya cinta kasih Kristus yang paling utama ialah penetapan Ekaristi. Dengan sakramen Ekaristi, Kristus ingin bersama-sama dengan kita sampai akhir jaman. Ekaristi adalah anugerah Hati Yesus yang amat besar, sebab diberikan berdasarkan cinta-Nya yang amat besar pula. Hati Yesus dalam Ekaristi melanjutkan hidup cinta kasih dan pengorbanan hidup-Nya di dunia ini. Semua misteri cinta kasih diungkapkan Tuhan secara padat dalam Sakramen Ekaristi yang agung dan patut dicinta.

Dari devosi Hati Kudus Yesus dan Adorasi Ekaristi, sebenarnya terkandung spiritualitas yang sama, yaitu keterarahan pada cinta kasih Allah yang tanpa batas. Cinta kasih Allah ini, tampak dalam karya penebusan yang dihadirkan dalam Ekaristi dan kemudian dipandang dan disembah dalam bentuk Sakramen Mahakudus serta disimbolkan melalui Hati Yesus yang penuh cinta.

Romo Robertus Budiharyana, Pr

 

 

 

 

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *