Renungan Bulan Katekese Liturgi 2018 : Tradisi Ibadat Katolik

 

Pada hari Minggu, 29 April 2018 Gereja Marganingsih Kalasan mengadakan acara yang membahas mengenai Bulan Katekese Liturgi, acara ini dilaksanakan di Pendopo Gereja Marganingsih Kalasan dan dihadiri oleh suster, bruder, serta umat Paroki Marganingsih Kalasan. Romo Robertus Budiharyana Pr menjadi pembicara pada acara tersebut.

Acara dibuka dengan doa pembukaan yang dipimpin oleh salah seorang Suster. Romo Budi  memberikan pengantar dengan bercerita bacaan Injil hari ini (injil Yohanes 15:1-8). Romo bercerita tentang momen yang sangat mengesankan saat peristiwa beliau ditahbisan dengan 6 temannya dan kasula yang digunakan saat itu bergambar pokok anggur beserta ranting dan buahnya, Kemudian Romo mengajak umat yang hadir menyanyikan lagi “Yesus Pokok”.

Pada kesempatan ini Romo mengajak untuk kita belajar untuk memahami, mengerti, dan mendalami tentang ajaran liturgi.

Sejak tahun 1999, Bulan Mei digunakan oleh gereja Indonesia untuk mendalami liturgi tingkat nasional yang disebut BULINAS (bulan liturgi nasional). Keuskupan Agung Semarang mempunyai julukan tersendiri yakni “Bulan Katekese Liturgi” BKL, yaitu bulan untuk mendalami dan memperkaya ajaran gereja tentang liturgi. Dari tahun 1999-sekarang selalu berkelanjutan dari tahun ke tahun.

 

Tahun 2018 ini mengangkat Tema “Tradisi Ibadat Katolik”

Bulan Mei dipilih menjadi Bulan Katekese Liturgi  karena bulan Mei merupakan bulan sakral dimana umat selalu berdoa rosario setiap hari, saat itu pulalah direnungkan satu tema dari 31 tema. 31 tema digunakan selama 31 hari dengan tema yang berbeda setiap harinya. Untuk memudahkan umat memahami dilengkapi dengan cerita yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari dari setiap tema tersebut.

Dalam tema Tradisi Ibadat Katolik, mempunyai latar belakang yakni:

  1. Gereja berakar, tumbuh, hidup dan berkembang dalam masyarakat, bangsa dan negara tertentu. Maka dari itu liturgi tidak boleh dilepaskan dari konteks kehidupan masyarakat.
  2. Rencana Induk KAS 2035 : Turut serta membangun peradaban kasih
  1. Tahun 2018/2019 merupakan tahun politik, sehingga sebagai warga NKRI perlu menghayati Pancasila, menjaga keutuhan NKRI dan melestarikan Kebhinekaan.

Dalam konteks Liturgi mempunyai latar belakang:

  1. Menggali berbagai kekayaan budaya, adat kebiasaan dan kearifan lokal msyarakat selaras dengan iman Gereja.
  2. Mendalami tradisi ibadat Katolik dalam terang ajaran iman dan norma-norma liturgi Gereja

Sebagai contoh: pada hari Minggu ini semua karya usaha serta suka duka kita dipersembahkan kepada  Yesus bersamaan dengan persembahan hidup Yesus. Sehingga kegiatan memuliakan Allah nampak nyata pada perayaan liturgi Ekaristi.

Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang mengeluarkan buku pedoman BKL denan tema Tradisi Ibadat Katolik. Buku Katekese Liturgi ini berisi tentang sakramentali dan ibadat. Keduanya dilakukan pada 3 momen hidup manusia yaitu lahir, nikah, mati.

Pertama, Keluarga selalu menjadi tempat pertama bagi anak untuk memperoleh warisan iman, keluarga adalah sel dasar gereja dan masyarakat. Untuk mejadi anggota gereja Katolik harus melalu sakramen baptis karena melalui sakramen baptishidup dan keselamatannya sudah dijamin oleh Kristus, baptis membersihkan dari segala dosa.

Pertanyaannya orang Katolik boleh nggak ikut ritual ruwatan? Boleh, namun itu bukan menjadi suatu tanda keselamatan atau penebusan dosa, namun hanya sebagai ritual budaya, karna keselamatan hanya berasal dari Tuhan Allah.

Kedua, Pernikahan yang maknanya berbeda dengan pertunangan atau tradisi prapernikahan, pada tradisi prapernikahan, acara tersebut bukan merupakan puncak dari sakramen, sehingga pertunangan atau acara/tradisi prapernikahan cukup diperingati dengan ibadat dan jangan mengucapkan janji apapun terlebih dahulu, karna pengucapan janji hanya diucapkan saat ekaristi Penikahan yang menjadi puncak Sakramen. Namun Ibadat Pertunangan bisa disebut sebagai Sakramentali yakni ibadat yang akan puncaknya pada saat pemberian sakramen.

Contoh lain adalah Siraman yang mempunyai makna membersihkan diri, guyuran air sebanyak 7 kali mempunyai harapan supaya penganting mendapat “pitulungan” dari Tuhan. Angka 7 dalam tradisi dalam kitab suci itu angka sempurna.

Ada banyak tema harian yang bisa umat baca dan renungkan dari buku BKL tersebut, diharapkan umat turut serta dalam ibadat Rosario harian serta memahami setiap tema BKL tersebut. Agar selruh anggota keluarga selalu dekat dengan Tuhan dan diberkati seluruh jalan hidupnya.

Berkah Dalem

***

Sumber tulisan dan gambar Sdri. Monica

 

 

Primahapsari

Travel-Lifestyle-Food Blogger . Visit us at www.primahapsari,com / www.ceritapiknik,com

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *