Perayaan Syukur Stasi Maguwo Menyambut Tahun 2019

Umat Stasi Maguwo menyambut tahun baru dengan ucapan syukur.

Pada hari Senin, 31 Desember 2018 bertempat di Gereja Santa Maria Bunda Allah Stasi Maguwo diselenggarakan Perayaan Ekaristi dalam rangka Tutup Tahun 2018 dan pesta nama Santa Maria Bunda Allah. Perayaan ekaristi dimulai pada pukul 21.00. Dipimpin oleh Romo Alfonsus Rodriques Yudono Suwondo, Pr.

Dalam homili yang jatuh pada tanggal 1 Januari 2019 hadirin diajak untuk menyikapi hidup sesuai dengan yang dikerjakan dan diimani oleh Bunda Maria.

Romo Yudono Suwondo, Pr memimpin ekaristi syukur.

Apa yang dikerjakan dan diimani Maria terkait dengan situasi hidup yang dialami?

Pada Injil diterangkan bagaimana sikap Maria. Maria mengajak untuk merenungkan bahwa semua hal yang terjadi patut untuk dilihat dan direnungkan. Apapun pengalamannya Ia tidak terburu membuat reaksi. Apalagi kemudian menyebarkan kepada orang lain. Maria memberi waktu untuk hening dan merenungkan apa yang sedang ia alami. Ia menyimpan segala perkara itu dalam hati.

Kebundaan Allah yang disematkan pada Maria pertama-tama dimulai ketika ia mengatakan “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu”. Sanggup untuk menerima apa yang Tuhan kehendaki. Sanggup untuk menjalani apa yang menjadi arahan dan rencana Tuhan.

Paduan suara mengiringi misa syukur.

Kelihatannya mudah untuk diucapkan. Namun ketika mengalami sendiri, sanggupkah mengalami apa yang dikehendaki Tuhan dalam hidup kita?

Kita dapat belajar melihat dari apa yang kita alami. Seberapa banyak tahun lalu kita mengatakan sanggup atau mau yang Tuhan kehendaki dari hidup kita? Ada saatnya muncul kondisi batin yang protes dan memberontak. Mengapa semua ini aku alami?

Kebundaan Maria sebagai Bunda Allah mengajak kita untuk melihat bahwa kehidupan itu pertama-tama ada di tangan Allah. Segala hal yang terjadi adalah inisiatif dari Allah. Termasuk ketika Allah ketika menghendaki kita menjadi anak-anak-Nya.

Pada bacaan Injil dari Santo Paulus dituliskan: “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita ”. Sebuah ajaran yang sungguh menyatakan betapa dekatnya kita dengan Allah. Pada bacaan pertama , yang sebenarnya doa tahun baru (Bil 6: 22-27) dituliskan “Tuhan memberkati dan melindungi engkau, Tuhan menyinari Engkau dengan wajah-Nya; dan memberikan engkau kasih karunia”.

Memberkati dan melindungi merupakan perbuatan yang luar biasa. Dan mengapa wajah-Nya? Karena Tuhan adalah Terang Sejati, Bintang Kejora, Matahari Sejati. Maka disebut Sang Timur, Sang Terang.

Jika disinari oleh wajah Allah, kalau ketika mau nyolong sedikit saja, nakal, serta tindakan jahat lainnya pasti berpikir “kelingan Gusthi Allah”. Kalau tidak ingat “Gusti Allah” pasti orang akan dengan leluasa melakukan tindakan yang jahat. Ketika orang disinari oleh wajah Allah, orang dapat sabar dalam menghadapi segala perkara. Disinari oleh wajah Allah membantu merefleksikan pengalaman-pengalaman.

“Tuhan menghadapkan wajah kepadamu dan memberikan engkau damai sejahtera” Inilah berkat Tahun Baru. Diberi damai dan sejatera. Orang dapat mendapatkan damai sejahtera jika berguru dan meneladan Bunda Maria dengan rendah hati. Taat kepada Tuhan. Ora gugu karepe dhewe. Mengikuti kehendak diri,

Ketika orang hatinya dipenuhi sikap dengan sikap yang sungguh mengandalkan Tuhan, maka ia tidak akan takut dan risau terhadap apa pun. Ketika orang yakin disertai Allah, mestinya yang muncul adalah tindakan damai sejahtera.
Kita diajak dan diberi damai sejahtera pada tahun baru. Serta diyakinkan bahwa damai dan sejahtera muncul dari sikap pasrah dan berserah. Bunda Maria mengajari untuk berserah dan percaya pada penyelenggaraan Allah.
Bahwa tahun baru bukanlah tahun yang menakutkan. Tetapi tahun gaudete excultate menurut Paus Fransiskus. Gembira dan bersorak, karena Allah menyertai. Kita tidak takut. Kita menjadi pribadi yang harus menjadi bersyukur. Dengan bersyukur, hari – hari menjadi lebih menarik dan bermakna.

Romo Wondo menegaskan kembali bahwa Bunda Maria mengajari untuk menjadi pribadi yang rendah hati dan siap sedia melaksanakan apa yang dikehendaki Tuhan dalam hidup kita.

Arief Subyantoro bercerita juga pada beberapa minggu yang lalu Romo Dadang berbicara bahwa agar Stasi Maguwo memiliki hymne tersendiri. Kemudian hymne tersebut dibuat oleh Henry dan sudah dilaunching. Namun disayangkan karena Romo Dadang justru tidak dapat turut hadir karena sakit.

Besar harapan hymne Stasi Maguwo dapat dinyanyikan oleh banyak umat seperti hymne paroki. Arief Subyantoro menyampaikan harapan agar di tahun 2019 kita dapat dikuatkan oleh iman. Lebih aktif dalam menggereja. Tidak hanya pembangunan iman, tetapi juga pembangunan fasilitas fisik.

Acara ini dilanjutkan dengan pembagian doorprizes dan hiburan lainnya sambil menunggu pergantian tahun 2019.

Liputan: Monica Aurelia

Adrian Diarto

Meskipun apa adanya, pengalaman selalu menghamparkan harta karun untuk dikagumi. Pun bila tampak kecil dan sederhana. Atau bahkan biasa-biasa saja. Banyak menulis tentang hal sehari-hari yang sering terabaikan dan berlalu begitu saja.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *