Inspirasi Injil Hari Ini:
Rabu 13 Desember 2022
Nggih-nggih ora kepanggih.
Mat 21:28 “Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur.
Mat 21:29 Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi.
Mat 21:30 Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga.
Mat 21:31 Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Jawab mereka: “Yang terakhir.” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Mat 21:32 Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.”
Masyarakat Jawa akrab dengan ungkapan nggih-nggih ora kepanggih ini. Di depan orangnya, ia berkata manis untuk sanggup menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya, namun dalam kenyataan ia tidak menjalankan apa yang menjadi kesanggupannya. Orang seperti ini sungguh njengkelke – membuat geram, karena bisa mengganggu rencana kegiatan secara keseluruhan. Jika ia sejak semula sudah menyatakan tidak sanggup, tentu akan dicarikan orang lain yang sanggup melaksanakan.
Seorang kepala daerah dengan mulut manis mengkampanyekan mampu mengatasi banjir dan macet di daerahnya, namun tidak ada yang ia kerjakan, sehingga banjir dan macet tetap menjadi langganan. Yang menjadi korban adalah rakyat seluruh daerah.
Seorang ketua bidang membuat program kerja yang ‘dakik-dakik’ – muluk-muluk, banyak dan tersusun rapi, namun dalam satu tahun hanya bisa melaksanakan satu atau dua program saja.
Seorang yang tahu diri menyatakan tidak sanggup untuk menjalankan perintah atasan yang dirasa terlalu berat baginya. Namun setelahnya, ia menyadari bahwa seorang anak buah tidak seharusnya menolak perintah atasan. Ia menyesal dan sanggup serta kemudian merampungkan seluruh tugas yang diberikan dengan baik.
Kata kunci dari bacaan Injil di atas adalah ‘penyesalan dan kemudian melaksanakan.’
Dalam masa Advent inilah saat yang tepat untuk menyesali dosa dan kesalahan kita dan kemudian berbalik melaksanakan kehendak-Nya.
(St. Sunaryo).