Bulan Mei sudah di depan mata. Bulan yang dalam kalender Katholik identik dengan bulan Maria. Bulan penghormatan bagi Bunda Maria, Bunda Gereja. Dalam rangka menyambut bulan Maria, umat Katolik di Paroki Marganingsih Kalasan bersama-sama mengadakan perayaan ekaristi.
Di bulan Mei umat diajak untuk menghormati Bunda Maria secara khusus, dan mengadakan Bulan Katekese Liturgi (BKL). Tradisi Bulan Katekese Liturgi di Keuskupan Agung Semarang ini sudah diadakan secara teratur sejak tahun 1999.
Perayaan Ekaristi dilaksanakan pada Senin, 30 April 2018 pukul 19.00 WIB. Tak seperti misa biasa yang dilakukan di dalam gereja, perayaan misa Senin yang lalu bertempat di Taman Doa Gereja Marganingsih Kalasan. Selain umat Katolik di sekitar Gereja Marganingsih Kalasan, antusiasme umat pada perayaan yang dipimpin oleh Romo Robertus Budiharyono, Pr. terasa dengan kehadiran umat dari wilayah dengan jarak tempuh yang cukup jauh.
Sebelum perayaan Ekaristi dimulai seluruh umat mengadakan doa Rosario yang dipimpin oleh Bapak Yanto, salah satu umat Gereja Marganingsih Kalasan. Bagi umat Katolik, doa Rosario memiliki sejarah yang amat panjang dengan devosi terkhusus pada Bunda Maria.
Tema yang diambil pada perayaan Ekaristi adalah “Melayani Seperti Bunda Maria”. Dalam Bacaan Pertama yang diambil dari Surat Kedua Santo Paulus kepada Timotius, Paulus berpesan kepada Timotius supaya terus setia menyebarkan berita tentang Tuhan Yesus Kristus serta berpegang pada Perjanjian Lama dan ajaran injil dari Tuhan. Timotius juga diharapkan tetap mampu dan berjuang lewat jalan menjadi guru. Dalam perannya tersebut, Timotius akan ditempa oleh berbaga penderitaan dan pertetntangan yang senantiasa akan menguatkan perjuangan dan keimanannya. Dalam bacaan ini, orang Katolik diajak untuk melihat pelayanan sebagai sebuah panggilan hidup.
Selain itu, tema melayani juga dipertegas dengan bacaan Injil Lukas 1:26-38 yang berkisah mengenai malaikat Gabriel mengunjungi Maria. Dalam Injil tersebut, diceritakan bahwa Gabriel membawa kabar gembira bahwa Maria akan mengandung seorang bayi yang kelak akan dinamai Yesus. Lebih lanjut, Yesus inilah yang akan menjadi Anak Allah di Bumi dan akan menjadi raja selama-lamanya.
Dalam homilinya, Romo Budi mempertegas peran Maria dalam kepercayaan umat Katolik. Sembari menunjuk pada patung Pieta, Maria yang memangku jenazah Yesus, di taman doa tersebut, Romo Budi menekankan tulisan di patung tersebut: Fiat Voluntas Tua. Kata-kata ajaib ini juga seringkali didoakan dalam Doa Malaekat Tuhan yang dalam bahasa Indonesia berarti: Terjadilah Padaku menurut PerkataanMu. Kalimat tersebut diucapkan Maria ketika Gabriel mendatangi dan menunjuknya sebagai Buda Kristus.
Romo Budi mengatakan bahwa Maria bisa saja menyangkal Gabriel bahwa ia tidak layak menjadi Bunda Kristus. Namun, bukan hal tersebut yang dilakukan oleh Maria. Dengan penuh ketulusan dan keikhlasan, Buda Maria menunjukkan ketulusannya dengan mengandung dari Roh Kudus, melahirkan bayi Yesus, kemudian dengan tekun mendampingi Yesus sejak kanak-kanak gingga wafat di kayu salib. Dari kisah Maria inilah orang Katolik berkesempatan untuk belajar mengenai arti menjadi Katolik sejati yang penuh pelayanan dan cinta kasih.
Di akhir homili, Romo Budi mengingatkan agar orang Katolik semakin jeli dan waspada dalam melayani dan menghadapi berbagai permasalahan di dunia. Setidaknya, kejelian dan kewaspadaan ini menjadi perkara penting dalam hal melayani serta mengawali Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi. Dengan menjadikannya awal, orang Katolik diharapkan akan lebih diteguhkan untuk melayani Tuhan dan sesama bukan hanya sebagai keterpaksaan atau kewajiban, melainkan sebagai sebuah kerinduan.
Selesai perayaan ekaristi, umat dipersilahkan untuk memanjatkan doa pribadi dan merenungkan semangat pelayanan Bunda Maria, baik bagi Tuhan maupun sesama.
Selamat “berziarah”.
