Mewartakan Gereja Melalui Lensa Kamera – Workshop Fotografi Pekan Komsos KAS 2018

Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang (Komsos KAS) mengadakan Pekan Komunikasi Sosial 2018. Beberapa rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam pekan Komsos tersebut antara lain workshop fotografi dan jurnalistik. Dua kegiatan ini diselenggarakan pada Sabtu, 12 Mei 2018 di Gereja St. Athanasius Agung, Karangpanas, Semarang. Acara ini sangat menarik minat kalangan OMK. Peserta yang hadir dalam acara ini, selain dari kalangan Komsos KAS, juga beberapa perwakilan SMP Yohanes 23 Semarang serta beberapa fotografer.

Dua narasumber dalam acara ini adalah Raditya Mahendra Yasa dan Y. Liem Winasty A. FPSI. Raditya Mahendra Yasa adalah fotografer Kompas. Ia menggeluti dunia fotografi sejak tahun 2007. Y. Liem Winasty A. FPSI seorang fotografer jurnalistik.

“Menjadi seorang fotografer jurnalistik merupakan panggilan.  Latar belakang pendidikan juga sangat mempengaruhi foto-foto yang akan diambil oleh fotografer,” tutur Mahendra Yasa kepada para peserta. Lebih lanjut, beliau mengajak peserta workshop untuk mendalami makna fotografi sebagai propaganda dan budaya visual. “Seseorang yang melihat foto dapat mengartikan foto menjadi negatif atau positif tergantung orangnya sendiri. Foto-foto yang digunakan biasanya untuk menarik atau mempengaruhi seseorang,” jelas Mahendra Yasa.

Menurut Mahendra Yasa, “Tugas yang diemban fotografer sangat berat. Satu kali membuat berita dengan foto fake (foto palsu atau hasil editan), maka krebilitasnya akan turun. Beberapa perusahaan mungkin akan mengeluarkan fotografer yang terbukti melakukan tindakan tersebut.” Selanjutnya, Mahendra Yasa menyampaikan, foto jurnalistik boleh diolah namun hanya sebatas pencahayaannya saja bukan mengedit total.

“Profesi fotografer jurnalistik sangat menantang. Ketika orang lain melarikan diri dan menghindar serta menjauh dari lokasi bencana, misalnya gunung meletus dan lain-lain, seorang fotografer justru mendekati tempat kejadian tersebut,” tambah Mahendra Yasa.

Liem Winasty A. FPSI lebih banyak menyampaikan dasar mengenai fotografi jurnalistik. “Fotografi adalah bahasa visual dan digunakan sebagai alat komunikasi,” jelas Liem. Lebih lanjut juri untuk beberapa lomba fotografi ini menuturkan, “Dalam dunia jurnalistik, keindahan visual bukan yang utama, namun isi atau pesan yang terkandung dalam foto lebih penting. Dan keindahan adalah sebagai bonusnya.” Liem juga menjelaskan, kekuatan foto selalu berada pada 2 level simultan, yakni level editorial (melihat foto sesuai fakta yang nampak pada foto) dan level visual (melihat foto dengan sisi emosional (opini seseorang terhadap foto yang dilihat).

Monica Aurelia, salahsatu peserta yang tergabung dalam Komsos  Gereja Marganingsih Kalasan menyampaikan, “Saya bisa menambah relasi dengan teman-teman sesama Komsos dari paroki lain di Keuskupan Agung Semarang. Hal lain saya juga bisa mengenal orang hebat yang memang terpanggil untuk berkarya dan melayani .”

Usai workshop, peserta masih menyempatkan diri untuk diskusi santai. Workshop berakhir dengan ditandai penyerahan sertifikat kepada Mahendra Yasa dan Y. Liem Winasty A. FPSI maupun kepada peserta workshop.

* Berita dan foto: Ailsa Metta Prajna Putri dan Monica Aurelia

CB Ismulyadi

Coachwriter, Editor Lepas, Penulis Artikel, Resensi, Jurnal dan Buku, ASN. Bergabung dalam Komunitas Sumber Daya Rasuli #Jogja, ISKA DIY. Saat ini menjadi pendamping penulisan karya ilmiah para guru dan pengawas Pendidikan Agama Katolik Kemenag DIY.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *