Mada: Perempuan Muslim yang Menjadi Sahabat bagi Umat Berkebutuhan Khusus

KOMSOS-GMMK. Ada yang menarik dari perayaan misa untuk umat berkebutuhan khusus pada tanggal 29 Desember 2019 yakni kehadiran sosok perempuan berjilbab bernama Ramadhany. Ia duduk dan kadang berdiri menghadap umat, khususnya umat yang tuna runggu.  Ia dengan lincah menggerakkan tangan dan jari-jemarinya untuk menterjemahkan apa yang disampaikan romo dan petugas lain bahkan juga isi dari lagu.

Mada saat diwawancari Mas Donald (KOMSOS GMMK)

Pada tanggal 29 Desember 2019 memang Paroki Maria Marganingsih Kalasan mengadakan misa yang dikhususkan untuk umat berkebutuhan khusus dan dipimpin oleh Rm Jonathan Billie Cahyo Adi, Pr. Ramadhany, perempuan muslim yang akrab disapa Mada, adalah salah satu orang yang ikut hadir dalam misa itu, tentu bukan untuk mengikuti ritual perayaan ekaristi, namun untuk membantu umat Katolik sebagai penterjemah menggunakan bahasa isyarat.

Perempuan yang setia dengan hijabnya ini terus mengimbangi ucapan-ucapan Rm Billie dalam khotbahnya dengan gerakan-gerakan jari tangannya yang hanya bisa dipahami oleh umat yang berkebutuhan khusus. Mada susah memulai pelayanan dengan menjadi penterjemah di gereja-gereja pada bulan Oktober 2019, namun dia sudah menjadi penterjemah bahasa isyarat untuk masyarakat umum mulai tahun 2013. Ia merasa terharu ketika mendampingi umat berkebutuhan khusus di saat perayaan ekaristi karena sebagai seorang Muslim ia ternyata diterima secara baik oleh umat Katolik dan Kristen lainnya.

”Saya senang bisa bertugas dan berperan di gereja Kalasan. Semoga apa yang saya lakukan bermanfaat bagi umat di sini,”  kata Mada sambil tersenyum.

Mada yang berasal dari Bantul ini pernah merasa khawatir ketika pertama kali mendampingi umat berkebutuhan khusus di suatu gereja. Ia khawatir bila kurang mendapatkan respon baik dari umat, namun kekhawatirannya tidak terbukti. Seluruh umat justru mengapresiasi keberaniannya dan perannya. Bahkan dia mendapatkan izin dan dukungan dari suaminya. Kini Mada mengungkapkan bila perasaan was-was dan khawatirnya sudah berkurang dan ia bisa tampil dengan lebih percaya diri.

Perempuan yang belajar bahasa isyarat dari komunitas tuli di Jogja ini juga menjadi relawan di komunitas itu dan mempunyai tim sendiri yang beranggotakan kurang lebih 15 orang. Ketika diwawancari KOMSOS-GMMK tentang kesediaannya apabila diminta bantuannya untuk menjadi penterjemah untuk penyandang tuna rungu lagi di masa mendatang, Mada menjawab demikian.

“Insya Allah jika waktunya memang memungkinkan dan kondisi juga baik, Insya Allah saya bisa bantu,” ujar ibu dari bayi berusia 4 bulan ini.

Memang terasa nyaman apabila kita berkutat di komunitas kita sendiri, bersama orang yang seiman dengan kita, sepaham dengan kita. Namun perlu keberanian dan jiwa yang besar untuk bisa melakukan tugas mulia sperti yang dilakukan Mada. Sebagai pribadi perempuan Muslim yang taat, mau mengambil bagian dalam sebuah perayaan Ekaristi umat Katolik adalah suatu hal luar biasa yang sangat jarang kita temui. Ini menjadi sebentuk keindahan dalam kehidupan bermasyarakat, cerminan Kebhinnekaan yang menyejukkan. Rahmadhany telah mencerminkan  pesan Natal 2019  “hiduplah menjadi sahabat bagi semua orang”.

Semoga semakin banyak Mada-Mada lainnya di kedepan hari yang tanpa sungkan mau menjadi sahabat bagi semua orang tanpa memandang latar belakang suku, agama, dan warna kulit. Tidak ada kecemburuan dalam hal ini karena yang penting adalah kedamaian. Kebahagiaan dan keselarasan.  Jika kita berfokus pada hal ini maka hal-hal yang indah dan menakjubkan akan lebih sering terjadi.

Penulis: Donald Maradona

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *