Inspirasi. Paulus Mursid, Penjaga Makam Kerkop Muntilan Selama Lebih dari 40 Tahun

Paulus Mursid. Penjaga makam Kerkop Muntilan yang masih tetap sehat.

Adalah Paulus Mursid yang sudah menjaga dan merawat makam kerkop Muntilan selama lebih dari 40 tahun. Tepatnya 41 tahun sejak tahun 1978. Sebuah rentang waktu yang panjang. Pak Mursid, demikian dia biasa dipanggil, memiliki jadwal kerja dari hari Senin sampai hari Minggu. Mulai pukul 06.00 sampai pukul 18.00.

Sudah menjaga dan merawat makam kerkop Muntilan selama lebih dari 40 tahun sejak tahun 1978.

Sampai kapan Bapak berkeinginan merawat makam kerkop?

“Ngantos benjang yen kawula sampun mboten kiyat malih. Sak dangunipun kula taksih kiyat kados sapunika, kula taksih siap,” demikian ia menjawab. Pak Mursid ingin terus merawat makam kerkop Muntilan sampai nanti ia tidak kuat lagi. Sampai kekuatan fisiknya surut dan tidak mampu bekerja.

Ingin terus merawat makam kerkop Muntilan sampai kekuatan fisiknya surut.

“Peh kula sampun nate mandap lan kedah operasi,” kenangnya. Peh adalah sebutan lokal merujuk pada sakit hernia. Sakit yang biasanya disebabkan oleh pekerjaan fisik berat yang dilakukan.

“Rumiyin lak taksih ngangge sumur timba. Menawi kathah ingkang ziarah kula kedah asring nimba toya supados wonten toya ing wc,” lanjut Pak Mursid. Sebelum disediakan pompa air dengan tenaga listrik, Pak Mursid harus menimba air dari sumur. Jika banyak peziarah yang datang, ia harus terus memastikan bahwa tersedia air untuk keperluan peziarah. Ia perlu lebih sering menimba air dan membawa ke bak kamar mandi. Ia menduga karena terlalu sering menimba air dan mengangkat air ke kamar mandi dari sumur maka kandung kemihnya menjadi turun. Ini tentu kondisi yang menyakitkan, meski lalu dapat disembuhkan melalui operasi yang dibiayai oleh pengampu makam kerkop.

Peristiwa itu juga menyertakan keajaiban dari Tuhan. Seorang peziarah yang tinggal di kawasan Jakarta Barat mencarinya sampai ke Rumah Sakit Panti Rapih, tempat ia dirawat. Karena tidak bertemu Pak Mursid di kerkop dan lalu mendapat kabar kalau Pak Mursid sakit. Selembar cek yang disodorkan untuk membantu biaya pengobatan ditolaknya dengan halus. Pak Mursid tidak ingin mengambil keuntungan pribadi dari sakit yang dialaminya. Toh pihak Gereja sudah mengambil tanggung-jawab pembiayaan rumah sakit. Itu dirasa sudah lebih dari cukup. Akhirnya peziarah yang baik hati itu meninggalkan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop putih.

Tidak ingin mengambil keuntungan pribadi dari sakit yang dialaminya.

“Iya, aku percaya. Ning iki isa kok enggo kanggo kebutuhan liyane,” kata peziarah itu. Peziarah itu percaya atas perhatian Gereja. Tetapi toh ia tetap meninggalkan sejumlah uang itu untuk dirinya. Pak Mursid menghitung uang itu beberapa kali lipat dari upah yang diterimanya bila ia merawat makam kerkop.

Kerkop berasal dari bahasa Belanda yaitu kerkhof. Artinya taman gereja (kerk-hof). Disebut demikian karena dahulu di taman gereja selalu terdapat kuburan. Lalu istilah kerkop juga digunakan untuk menyebut kompleks pekuburan milik Gereja.

Kerkop di Muntilan, pada awalnya adalah makam khusus bagi para rohaniwan Jesuit (SJ). Karena beberapa alasan, rohaniwan di luar ordo Jesuit juga lalu dimakamkan di sana. Salah satunya adalah Romo Richardus Kardis Sandjaja,Pr.

Richardus Kardis Sandjaja,Pr dikenal juga dengan panggilan Rama Sandjaja (Sanjaya) lahir pada 20 Mei 1914. Beliau adalah seorang pastor (gembala umat) yang juga adalah seorang dosen seminari tinggi. Beliau melayani jemaat di Paroki Muntilan. Ditahbiskan menjadi pastor dan mengucap kaul imamat pada 13 Januari 1943. Kematiannya yang tragis menghentak banyak umat. Kelak, banyak catatan yang ditinggalkan menyebutkan terjadi banyak mujizat atas doa yang dikabulkan.

Selain makam Rama Sandjaja, juga dimakamkan Rama Van Lith, SJ pendiri sekolah SMA Pangudi Luhur Van Lith. Sebuah sekolah berasrama yang cukup dikenal dan diminati. Sebelumnya adalah Sekolah Pendidikan Guru. Cornelius Simandjuntak, seorang pencipta lagu nasional, tercatat sebagai salah satu murid Rama Van Lith. Di samping I.J. Kasimo, salah satu tokoh Partai Katolik yang disegani di masa lalu.

Berapa Pak Mursid mendapat gaji per bulan untuk perkerjaan yang sudah dijalani selama lebih dari 40 tahun?

“Kula mboten badhe matur. Nanging kula pitados bilih sedaya ingkang kula lampahi dumugi sak punika ugi kalampah saking pandonga ingkang sami sumare,” jawabnya dengan halus.

Pak Mursid juga memelihara kambing dan itik, atau ternak lainnya untuk mencukupi kebutuhannya. Ia tidak menyebutkan jumlah gaji yang diterimanya. Secara lebih jauh ia bahkan melihat dan memahami bahwa perjalanan hidupnya sampai sekarang adalah juga berkat doa dari mereka yang disemayamkan di kerkop Muntilan. Tidak semata-mata persoalan jumlah uang yang diterimanya. Rasa damai dan berserah ia yakini sebagai bagian dari proses yang ia jalani sekian lama.

Lebih jauh ia melihat dan memahami bahwa perjalanan hidupnya sampai sekarang adalah juga berkat doa dari mereka yang disemayamkan di kerkop Muntilan.

Apa kejadian yang paling berkesan selama menjaga makam?

“Sampun makaping kotak dana punika ical,” ungkapnya. Sudah beberapa kali dalam kurun waktu itu kotak dana hilang dicuri orang. Ada yang hilang dicuri termasuk kotaknya lalu dibuang di sebuah sungai kecil. Ada juga yang dicuri oleh seorang ibu yang menggendong anaknya sambil pura-pura berziarah. Ia sampai perlu mengintip dari plafond di atas. Sempat ia berfikir untuk melempar si ibu yang mencuri uang itu, tetapi ia lalu berpikir kalau mengenai anak yang digendongnya malah dapat berakibat buruk.

“Nek kula ngantos cidra, kula nyuwun bisu sakpunika dipun seksekaken ingkang sami sumare ing mriki,” jawabnya ketika ditanya tentang bagaimana ia memegang amanah tugas. Kalau sampai ia berlaku tidak jujur, ia siap bila harus menjadi bisu pada saat itu juga disaksikan semua yang dimakamkan di sana.

Kesetiaan, kerja keras dan doa memang tidak akan pernah sia-sia.

Dari pernikahannya dengan Anastasia Sutarti, Pak Mursid dianugerahi dua anak laki-laki: Philipus Ari Pramono dan Albertus Sigit Prawoto. Si sulung sudah menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma dan si bungsu sudah menyelesaikan studi di ATMI Solo. Jumlah biaya studi yang secara matematis tidak akan dapat dipenuhi bila hanya mengandalkan gajinya sebagai penjaga makam. Saat ini mereka sudah dapat hidup mandiri dan layak, satu hal yang  tidak pupus disyukuri sepanjang waktu oleh Pak Mursid dan istrinya. Kesetiaan, kerja keras dan doa memang tidak akan pernah sia-sia.*

Adrian Diarto

Meskipun apa adanya, pengalaman selalu menghamparkan harta karun untuk dikagumi. Pun bila tampak kecil dan sederhana. Atau bahkan biasa-biasa saja. Banyak menulis tentang hal sehari-hari yang sering terabaikan dan berlalu begitu saja.

Learn More →

One thought on “Inspirasi. Paulus Mursid, Penjaga Makam Kerkop Muntilan Selama Lebih dari 40 Tahun

  1. Pristiyanti 23/07/2019 at 21:59

    Artikelnya sendiri bagus, sebagai pembaca agak boring sih melihat pengulangan kalimat huruf tebal/biasa, sedangkan isinya sama. Setuju bro pengalaman adalah layak untuk dituliskan.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *