KOMSOS-GMK. Minggu Pertama dalam setiap bulan diadakan pembaptisan anak, begitu pula di Gereja Marganingsih Kalasan pada hari Minggu, 7 Juli 2019 dalam misa kedua. Pada misa kedua yang dipimpin oleh Romo Antonius Dadang Hermawan, Pr., sebanyak 13 anak menerima sakramen baptis.
Dalam homilinya di Hari Minggu pertama ini, Romo Dadang menyapa umat dengan sapaan khasnya dan kemudiaan menjelaskan tentang makna perutusan.
Yesus mengutus murid dan dikelompokkan menjadi dua-dua dengan maksud, pertama, agar jika yang satu lelah, maka yang lain bisa menguatkan. Kedua, jika orang pertama perkataannya tidak benar dalam perutusannya, maka orang yang kedua bisa mengingatkan.
Mereka berdua-dua diutus. Untuk apa? Mereka diutus untuk mewartakan damai sejahtera. Damai sejahtera itulah tanda bahwa kerajaan Allah sungguh sudah dekat. Damai sejahtera mampu menjadi penyembuhan, maka murid diutus untuk menyembuhkan dan juga mendamaikan jika ada yang bermusuhan. Itulah tanda bahwa kerajaan Allah sudah dekat yakni manusia dipulihkan dari sakitnya, dari hidup sosialnya dan bersatu kembali dengan Tuhan. Di situlah Allah sungguh meraja, menguasai hidup manusia, karena manusia merasakan keselamatan dan kemurahan hati dari Allah.
Dalam ayat-ayat bagian terakhir, mereka dikisahkan melaporkan tugas dan kewajiban pertanggungjawabannya, seperti jaman sekarang LPJ (Laporan Penanggungjawaban). Apa yang mereka katakan “Guru, Tuan. Kami semua telah menaklukkan setan ”, namun Yesus menjawab “Janganlah bersukacita karena roh-roh itu takhluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu terdaftar surga.”
Apakah perutusan hanya berlaku untuk 70 murid saja? Jawabannya “tidak”. Perutusan tersebut juga berlaku bagi siapa saja yang mengaku sebagai orang Kristen yang percaya kepada Tuhan Yesus. Salah satu ciri dari perutusan itu adalah ketika kehadiran kita bisa membawa sukacita dan damai. Jika perutusan ini sungguh terjadi, maka hendaknya kita harus bersyukur “Tuhan terima kasih atas panggilan perutusan-Mu ini dengan menjadi pengikut-Mu, bahwa kami sudah berusaha mampu berdamai dengan sesama kami”. Apakah damai ini hanya untuk tetangga kita saja? Bagaimana dengan keluarga kita? Kita seringkali bisa berbuat baik kepada orang lain, namun belum tentu dengan keluarga kita sendiri ataupun sebaliknya.
Damai menjadi bentuk perutusan yang nyata. Romo Dadang pun menegaskan sekaligus mengajak umat agar perutusan sungguh diwujudkan baik di keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja dimanapun kita diutus. Cirinya jelas yakni kita mampu menciptakan kerajaan Allah yang damai dan penuh sukacita.
Perayaan ekaristi kemudian dilanjutkan dengan upacara pembaptisan 13 anak. Pada akhir ekaristi sebelum berkat penutup Romo Dadang menegaskan bahwa tugas orang tua dan wali tidak berakhir pada sakramen baptis ini saja, melainkan sampai mampu mendidik, mengawasi untuk tetap mengikuti Yesus Kristus Sang Juru Selamat. Masih ada tugas ke depan yang menanti orangtua yakni mendampingi anak-anaknya untuk menerimakan Komuni Pertama, Sakramen Krisma, Sakramen Perkawinan atau Imamat, bahkan mendampingi sampai akhir hayat nanti.
Catatan: Foto dan liputan oleh Monica Aurelia