Uang Pemberian Tuhan?

Belum lama kita meninggalkan pergantian tahun ajaran baru. Tahun ajaran baru adalah waktu yang istimewa untuk keluarga dengan putra-putri yang sudah menapaki jenjang sekolah. Mengapa istimewa? Sebab di dalamnya ada rasa bangga sekaligus rasa was-was ketika melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya, kesibukan-kesibukan teknis yang menyita perhatian bahkan ada unsur ketidakpastian yang cukup besar ketika akan masuk ke jenjang perguruan tinggi.

Puncaknya terjadi ketika keluarga harus merogoh kantong cukup dalam untuk membiayai semuanya.  Rasa cemas menggelayut;  bisakah orang tua membiayai sekolah anaknya dan membiayai rumah tangganya?  Kebutuhan saat ini sangat beragam. Dulu saat dibangku SMP kita hanya mengenal 3 kebutuhan primer, sandang, pangan dan papan. Saat ini, masihkah demikian? Jawabannya tidak. Saat ini kita perlu memenuhi kebutuhan pendidikan/sekolah/kuliah, serta masih ada kebutuhan pulsa dan kuota, butuh biaya rekreasi dan masih banyak lagi yang seolah semuanya menjadi kebutuhan primer. Cemaskah kita? Jawabannya beragam. Ada yang mengatakan ‘sangat cemas’, ‘ya cemas’, ‘jalani saja’, ‘tak perlu dipikir tambah mumet’ dan ada jawaban ‘kan sudah ada asuransi, semuanya sudah kami antisipasi’.

Perlukah kita mencemaskan apakah kebutuhan kita dapat terpenuhi atau tidak? Sangat wajar ketika kecemasan itu menyergap. Ketidakpastian selalu menghinggapi kehidupan kita. Kita yang kerja kantoran yang mengandalkan gaji kadang harus njereng njereng uang gaji kita. Bahkan seandainya uang gaji kita ibarat gelang karet, mungkin bentuk karet itu sudah nyaris putus. Kita yang wiraswasta harus putar otak dan putar dengkul untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kita yang bekerja “pocokan” selalu tak tenang saat bekerja, akankah esok hari kita memperoleh pekerjaan lagi.

Perlukah kita cemas? Bukankah kita sering mendengar bahkan mendengarkan Mazmur Daud “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku”. Apakah Mazmur 23 ayat 1 ini dapat menyingkirkan semua kecemasan kita tanpa syarat? Bahkan Santo Paulus menuliskan di Filipi 4:19 “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.”

Sebagai ciptaan Tuhan yang secitra denganNya tentu saja kita telah diberi anugerah akal sehat tidak boleh hanya menadahkan tangan. Ada hal-hal yang harus kita lakukan.

Salomo menuliskan berbagai nasehat dalam Amsal 6:9-11. “Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari  tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.”

Bahkan Salomo mengulanginya sebagai pembelajaran dalam Amsal 24:32-34. Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran. “Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,” maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.

Menjadi kewajiban bagi kita untuk bekerja menggunakan tangan, hati dan budi yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita dalam keadaan baik. Cukupkah demikian? Daud melengkapinya dalam Mazmur 112:1-3 “Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya.”

Kembali kepada kecemasan kita, perlukah kita cemas? Kita telah dijaminNya dalam Mazmur 23:1 dan Filipi 4:19 dengan catatan buang seluruh kemalasan dan jadilah  orang yang takut akan Tuhan, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.

Berhentikah kita sampai di sini? Pastinya tidak. Rasa bersyukur atas anugerah Tuhan harus terus kita ungkapkan dengan banyak cara. Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah selalu mohon berkat atas rezeki yang telah Tuhan berikan. Rezeki kita bisa berupa apa saja; hasil bumi, hasil karya maupun uang. Uang banyak kita gunakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan kita. Uang adalah buatan manusia, tetapi keberadaannya adalah karena Tuhan berkenan memberikannya kepada kita. Maka patut kita mohon berkat atas uang yang beredar dalam hidup kita, dan saatnya kita berdoa atas pemberianNya kepada kita.

Doa yang kita daraskan bisa seperti ini.

Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Tuhan Yesus aku mengucap syukur dan terimakasih atas rezeki yg telah Engkau siapkan dan telah aku terima hari ini berupa uang. Tuhan Yesus berkenan memberkati uang ini. Saya akan mencintainya dan menggunakan uang ini dengan bijaksana, konstuktif dan dengan pendirian tegas. Uang selalu beredar dalam kehidupan saya. Saya melepasnya dengan senang hati dan uang akan kembali dengan cara yang mengagumkan. Uang ini baik, sangat baik dan saya menggunakannya untuk hal yang baik. Dalam nama Tuhan Yesus aku mengucap syukur dan berdoa. Amin.       

Catatan: Tulisan kiriman dari ibu Kantri Sekar

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *