Rabu Abu, Awal Masa Prapaskah Sebagai Pengingat Akan Pertobatan

Selasa sore umat Paroki Marganingsih Kalasan berduyun-duyun mengikuti Misa Rabu Abu. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya setiap hari Rabu tepat 40 hari sebelum hari raya Paskah semua Gereja Katolik mengadakan Misa memperingati hari Rabu Abu, begitu pula dengan Gereja Marganingsih Kalasan.

Misa diadakan dua kali, yaitu pada Selasa sore pukul 18.00 dan Rabu pagi pada pukul 05.30.  Romo Ambrosius Wagiman Wignyosumantara ,Pr berkenan memimpin Misa dengan didampingi beberapa Prodiakon. Misa pada hari Selasa sore berlangsung khidmat meskipun hujan gerimis tak mengurangi kekhusyukan umat dalam mengikuti seluruh rangkaian liturgi.

Rabu Abu adalah permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa pertobatan, pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk Kebangkitan Kristus dan Penebusan dosa kita.

Pada hari Rabu Abu pastur ataupun prodiakon akan memberi tanda salib dari abu di dahi semua umat sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan. Setelah Pembacaan Injil dan Homili kemudian abu diberkati.  Baru kemudian Abu yang telah diberkati dibubuhkan di kening umat.

Abu yang digunakan pada Hari Rabu Abu berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya dan kemudian  dibakar.  Daun palma dikumpulkan di gereja pada hari Minggu sebelum hari Rabu Abu.

Tentang Puasa dan Pantang

Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus.

Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.(KHK 1251-1252)

PUASA adalah tindakan sukarela Tidak makan atau tidak minum Seluruhnya, yang berarti sama sekali tidak makan atau minum apapun Atau sebagian, yang berarti mengurangi makan atau minum.

  • Secara kejiwaan, Berpuasa memurnikan hati orang dan mempermudah pemusatan perhatian waktu bersemadi dan berdoa.
  • Puasa juga dapat merupakan korban atau persembahan.
  • Puasa pantas disebut doa dengan tubuh, karena dengan berpuasa orang menata hidup dan tingkah laku rohaninya.
  • Dengan berpuasa, orang mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendakNya. Ia mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat, dengan penuh syukur atas kelimpahan karunia Tuhan. Demikian, orang mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyesalan atas dosa-dosanya di masa lampau.
  • Dengan berpuasa, orang menemukan diri yang sebenarnya untuk membangun pribadi yang selaras. Puasa membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan ketidakseimbangan emosi. Puasa membantu orang untuk mengarahkan diri kepada sesama dan kepada Tuhan.

Saudara yang terkasih dalam Kristus, Bapa Suci Paus Fransiskus menulis pesan Prapaskah pada kita semua “Prapaskah adalah masa penuh rahmat untuk memperbaharui perjumpaan kita dengan Kristus yang hidup dalam Sabda-Nya, dalam sakramen-sakramen dan dalam diri sesama. Tuhan, yang selama 40 hari berpuasa di padang gurun telah mengalahkan tipu muslihat si Pengoda, menunjukkan kepada kita jalan yang harus kita tempuh. Semoga Roh Kudus menuntun kita kepada jalan yang benar menuju pertobatan, untuk menemukan kembali anugerah Sabda Allah, dibersihkan dari dosa yang membutakan dan melayani Kristus yang hadir lewat saudara-saudari yang berkekurangan. Saya mendorong semua umat beriman untuk mengalami pembaharuan spiritual ini dengan berpartisipasi dalam pelbagai aksi Prapaskah yang dilakukan oleh banyak organisasi gerejani di pelbagai belahan bumi untuk mengembangkan budaya perjumpaan dalam satu keluarga umat manusia kita.”

Tuhan Yesus berpesan:

“Apabila kamu berpuasa,
Janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Tetapi apabila engkau berpuasa,
minyakilah kepalamu
Dan cucilah mukamu
Supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa

Melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil pada hari Rabu Abu mengingatkan kita untuk membuka mata iman kita supaya dapat  melihat Allah. Tuhan Yesus menasihati para murid-Nya supaya berhati-hati, jangan sampai melakukan kewajiban agamanya di hadapan orang supaya dilihat orang lain sebab tidak ada upah bagi mereka yang berperilaku demikian. Jadi kebiasaan memamerkan dirinya sebagai orang beragama hendaknya dihindari.

Berpuasa dan berpantang bukan sekedar menahan lapar tapi meninggalkan semua sifat jahat. Ketika abu sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan sudah menempel di dahi kita hendaknya kita kembali mengingat  akan ketidakabadian dunia, dan tanda bahwa satu-satunya Keselamatan ialah dari Tuhan Allah kita.
Berkah Dalem.
————————————————–
Sumber referensi : http://www.imankatolik.or.id
                                  http://dailyfreshjuice.net/01032017/
                                  https://st-andreas.or.id

 

Primahapsari

Travel-Lifestyle-Food Blogger . Visit us at www.primahapsari,com / www.ceritapiknik,com

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *