Menjadi lansia: berkat atau beban?

Komsos-GMMK. Pada hari Minggu, 18 September 2022, Bidang Pelayanan Kemasyarakatan Dewan Pastoral Paroki Maria Marganingsih Kalasan mengadakan acara pembekalan bagi umat yang sudah memasuki masa lansia. Pembekalan ini diselenggarakan di ruang pendopo, di depan gedung gereja. Acara yang dipandu dengan apik oleh Elisabeth Dwi Astuti, SKM dan dihadiri sebanyak 171 lansia ini mengusung tema “Pembekalan Lansia produktif”. Bertindak sebagai nara sumber adalah dua dosen senior jurusan psikologi Unika Soegijapranata Semarang yakni  Dr. Margaretha Sih Setija Utami, M.Kes dan Dra. Sri Sumijati, M.Si.

Dalam kata sambutannya Rm Antonius Dadang Hermanan, Pr, menyebutkan bahwa menjadi kebanggaan tersendiri bagi Paroki Maria Maganingsih Kalasan karena Unika Soegijapranata Semarang sudah beberapa kali hadir di Kalasan untuk memberikan pembekalan. Tentu ini menjadi kesempatan bagi umat Kalasan untuk menimba ilmu dan pengetahuan.

“Acara pembekalan ini juga bisa dimaknai sebagai tanggung jawab paroki untuk menyapa kaum lansia, selepas masa pandemi yang  banyak memberikan batasan kepada kaum lansia. Semoga masa lansia tetap menjadi berkat bagi kita semua,” ujar Rm Dadang.

Sementara itu dalam presentasinya, Dr. Margaretha Sih Setija Utami, M.Kes menyebutkan bahwa jumlah lansia di dunia semakin bertambah.  Pada abad 19, jumlah lansia di dunia hanya sekitar 25%. Artinya yang ultah ke-65 hanya 25% dari keseluruhan populasi. Namun pada abad 21, jumlah lansia di dunia sudah meningkat dan hampir menyamai jumlah non-lansia. Ini bisa diartikan bahwa kesehatan kita semakin baik sehingga harapan hidup semakin meningkat.

Perempuan yang lebih akrab dipanggil Bu Sih ini kemudian menyebutkan adanya dua mitor tentang kaum lansia. Mitos pertama menyebutkan bahwa tua itu jelek, penuh kesengsaraan, dan membebani orang lain. Oleh karena itu orang kemudian menjadi malu bila disebut tua. Sedangkan mitos kedua menyebutkan bahwa tua itu terberkati karena berumur panjang, bisa melihat cucu/cicit, dan bisa mengalami hidup di berbagai jaman, dst.

Dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata dan perninat psikologi kesehatan ini menyebutkan bahwa lansia tetap bisa menjadi berkat dengan syarat bahwa lansia tetap sehat baik sehat fisik, psikis maupun sosial.

Disebutkan ada beberapa hal bisa meningkatkan kesehatan lansia. Lansia bisa terus sehat ketika lansia masih aktif mengikuti beragam kegiatan, mempunyai banyak teman, merasa dibutuhkan, selalu mau menambah pengetahuan serta memiliki komunitas.  Sebaliknya ada beberapa hal yang bisa menurunkan tingkat kesehatan lansia, diantaranya ketika lansia sudah mempunyai masalah kesehatan, mengalami kesepian,  tidak tahu tujuan hidup, hidup penuh kecemasan/ketakutan serta kehilangan orang terdekat.

Dr. Margaretha Sih Setija Utami, M.Kes kemudian menyebutkan ada beberapa usaha yang bisa dilakukan lansia agar tetap sehat. Lansia bisa fokus pada hal yang bisa dilakukan, tentu saja tidak harus yang ideal. Lansia juga diharapkan bisa berdamai dengan diri sendiri dan mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, lansia juga bisa menerapkan pola hidup sehat (makan secukupnya, melakukan aktivitas secukupnya, tidur secukupnya). Yang terakhir, lansia bisa terus belajar untuk bersyukur terhadap segala hal, termasuk hal-hal kecil yang mungkin tidak pernah diperhatikan oleh orang lain, misalnya bersyukur terhadap peran tangan kiri dalam hidup ini.

Sebelum mengakhiri presentasinya perempuan yang energik ini menyampaikan 2 kesimpulan. Pertama, lansia yang sehat dan produktif adalah lansia yang mau melakukan kegiatan sehari-hari “secukupnya” dan tidak berlebihan. Kedua, lansia yang bisa mensyukuri kehidupannya (apapun pengalaman hidupnya) adalah lansia yang bahagia.

Sementara itu, pembicara kedua Dra. Sri Sumijati, M.Si. memulai presentasi dengan mempertontonkan sebuah video. Dalam video itu, terlihat seorang kakek yang “kemaki” karena si kakek terlihat memanjak pohon yang tinggi, bahkan berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain. Pembicara menyebutkan bahwa menjadi lansia tidak harus seperti kakek dalam video itu. Lansia yang produktif adalah lansia yang bisa melakukan hal-hal yang nyaman, membahagiakan dan tidak mesaksakan diri.

Pembicara juga mengajak para lansia untuk memfokuskan diri pada hal-hal yang baik atau positif (misalnya, kepiawaian dalam memasak) , dan bukan hal yang buruk (misalnya, kesehatan fisik).  Dan hal-hal positif ini layak untuk terus disyukuri.

Apa yang disampaikan oleh kedua pembicara ini sesuai dengan apa yang yang pernah disampaikan oleh Paus Yohanes Paulus II. Paus pernah mengajak kaum lansia untuk memaknai dan mensyukuri hidupnya. Paus Yohanes Paulus II juga mengajak para lansia untuk tetap terlibat aktif di dalam kerasulan Gereja, misalnya melalui doa-doa mereka. Selain itu, kaum lansia dapat memberikan sumbangan bagi Gereja melalui kesaksian hidup mereka yang dijiwai oleh semangat Injil.

Sementara itu diwawancari KOMSOS-GMMK, Nasaria Cahyantini Agus Siswanto (Ketua bidang Pelayanan Kemasyarakatan) mengungkapkan kesan positifnya terhadap pelaksanaan pembekalan.

“Sungguh menyenangkan. Kegiatan yang sukses, selama dua setengah jam para lansia tidak ada yang beranjak dari tempat duduk mereka. Waktu terasa kurang dan nara sumber sangat bagus dalam membawakan materinya . Bahkan ada peserta yang menulis di wall FB bahwa mereka bisa merasakan kegembiaraan bersama dan ilmu yang dipaparkan adalah yang mereka alami setiap hari,” ungkap perempuan yang akrab dipanggil bu Agus ini.

Begitulah sejatinya menjadi lansia adalah rahmat maka jadilah lansia yang penuh berkat.

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *