Ibadat Pembakaran daun palma kering

KOMSOS-GMMK Pada hari Sabtu 18 Februari jam 09.00 tepat, team pelayanan Liturgi mengadakan Ibadat Pembakaran Daun Palma Kering yang sudah diberkati tahun lalu, untuk dibakar sampai menjadi abu, yang nantinya abu akan digunakan pada Misa penerimaan Abu sebagai tanda pertobatan, dimulainya masa Tobat dengan puasa, pantang dan bederma.

Ibadat yang dipimpin oleh Prodiakon Bpk Robertus Gunarso, dihadiri oleh beberapa umat dan team liturgi yang turut dalam ibadat pembakaran daun palma kering. Puji Tuhan acara dapat berlangsung dengan baik dan tidak hujan hingga ibadat pembakaran selesai.

Persiapan dilakukan oleh Koster Gereja Maria Marganingsih Kalasan, Pak Bayu dan dibantu oleh Ibu Krisrumanti sebagai Tim Pelayanan Parameta Paroki.

Ibadat pembakaran daun palma kering diadakan di depan ruang panti belakang Gereja atau depan Gua Maria.

Daun palma kering yang sudah diberkati tahun lalu, yang biasanya ditempatkan di salib-salib yang dipasang di dinding rumah atau ditempat-tempat khusus oleh umat, mulai tanggal 05 Februari lalu sudah mulai dikumpulkan di Gereja Maria Marganingsih Kalasan, baik pada saat Misa Mingguan maupun Misa Harian yang dibawa oleh umat dannJuga kumpulan dari Wilayah atau lingkungan yang sudah menyerahkan daun palma kering untuk dibakar di Gereja Maria Marganingsih Kalasan.

Daun palma kering yang tahun lalu digunakan untuk mengeluelukan Tuhan Yesus yang masuk kota Yerusalem, Tuhan Yesus, Raja yang setia melaksanakan tugas panggilan dan perutusanNya menyelamatkan manusia melalui sengsara dan wafatNya di salib serta bangkit dari mati. Daun palma yang dibakar, pralambang bahwa kita semua rela meninggalkan manusia lama dan cara lama hidup lama. Daun palma yang dahulu kita pakai untuk mengarak dan mengeluelukan masuknya Yesus ke kota Yerusalaem, sekarang kotor penuh debu dan dibakar dalam api, api sebagai lambang cinta kasih Ilahi. bersamaan dengan hancurnya daun palma dalam api kita diajak dan diingatkan akan segala kekurangan dan kebiasaan buruk kita, seluruh kedurhakaan, keserakahan, nafsu liar dan seluruh dosa kita kepada Tuhan supaya lebur dan disingkirkan dari hati kita. Daun palma yang dibakar dan menjadi abu, Abu yang akan diusapkan di dahi sebagai lambang pertobatan, dengan menerima abu, kita diingatkan Kembali akan kerapuhan kita dihadapan Tuhan.

Hasil pembakaran daun palma kering yaitu berupa abu, setelah dibersihkan dan disaring, akan dipakai untuk Ekaristi Rabu Abu, dimana di Paroki Kalasan akan diadakan di 5 Gereja, yaitu di Kalasan sendiri, Karanglo, Berbah, Temanggal dan Maguwo, dengan jadwal 7 kali Misa termasuk Maguwo.

Rabu Abu adalah hari dan perayaan mengawali Masa Prapaskah, masa pertobatan, masa empat puluh hari bagi kita mempersiapkan perayaan Paskah. Paskah yang merupakan puncak karya keselamatan Allah kepada manusia. Melalui Yesus Kristus lewat sengsara, wafat dan kebangkitanNya, kita diperdamaikan Kembali dengan Allah, sesama dan alam ciptaan. Bertobat berani meninggalkan cara hidup yang lama kita dan berani memasuki ke dalam hidup menurut kehendak Tuhan, jalan yang mengarah kepada kesucian, keadilan dan kesetiaan.

Memasuki masa prapaskah menjadi kesempatan yang baik bagi kita membangun pertobatan dalam menanggapi rahmat pendamaian ini. Masa pertobatan bagi kita untuk meninggalkan segala dosa, sekaligus sebagai retret agung bagi kita agar kita Kembali dekat dengan Tuhan dan mengasihi sesama serta alam ciptaan.

Pertobatan yang dilaksanakan diharapkan akan membawa perubahan kearah yang lebih baik bagi setiap individu, pribadi dan juga bagi masyarakat. Gerakan Aksi Puasa Pembangunan (APP) merupakan Gerakan tobat selama masa prapaskah, yang bermanfaat bagi sesama, saudara kita, yang menderita dan berkekurangan juga.
Bersama umat KAS kita diajak mengolah tema APP “ TInggal Dalam Kristus, Hadirkan Damai bagi Sesama dan Alam ciptaan.” Dengan segala upaya yang kita lakukan selama prapaskah ini, dimulai dengan persiapan penerimaan abu, Ibadat pembakaran daun palma kering, dan pertobatan, kita berharap akan terbangun Kembali kedamaikan hidup yang rusak karena dosa dan kesalahan. Dengan mengolah diri agar hidup kita benar-benar tinggal dalam Kristus, pertobatan, matiraga, berderma, mengolah hidup rohani, akan membawa damai di hati kita, yang kita bawa dan wujudkan dalam hidup setiap hari, dalam sikap dan perbuatan, dalam karya , pelayanan yang menghadirkan damai bagi sesama dan ciptaan.

Fransiska Fioreti Puspita

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *