Ketika sedang berziarah, Kriwil sangat senang karena di tempat itu tersedia Kapel Adorasi Abadi. Ia bergegas masuk. “Kok sepi?” batin Kriwil. Saat itu sedang tidak ada adorator di Kapel tersebut. Kriwil pun segera bersembah sujud, bersimpuh, dan berdoa. Satu jam sudah lewat. Masih sepi. Kriwil pun melanjutkan doanya.
Tindakan sembah sujud dalam Adorasi kiranya sama dengan yang dilakukan para murid ketika melihat Tuhan yang bangkit, seperti pada Injil Hari Raya Kenaikan Tuhan hari ini.
Saat Tuhan Yesus naik ke surga, para murid pun berada dalam sikap hormat –sembah sujud kepada Tuhan. Dia Yang Mulia, yang telah naik ke surga, kini tetap hadir di tengah kita, yaitu dalam Ekaristi. Para Paus yang kita kenal, yaitu Paus Yohanes Paulus II, Paus Benediktus XVI, Paus Fransiskus adalah para adorator sejati. Paus Fransiskus melakukan satu jam Adorasi Ekaristi setiap malam, yaitu dari pukul 19.00-20.00. Saat merenungkan Misteri Paskah seperti pada masa ini, Paus Fransiskus pernah berkata, “Kita tidak dapat menghayati Paskah tanpa masuk ke dalam misterinya…, dalam satu kata: kita perlu menyembah. Tanpa Adorasi, kita tidak dapat masuk ke dalam misteri Paskah.”
Keuskupan Agung Semarang sekarang ini telah memiliki cukup banyak Kapel Adorasi Ekaristi Abadi. Harapannya, setiap paroki di Keuskupan ini akan mempunyainya juga ke depan. Praktik Adorasi Ekaristi memang luar biasa. Santo Yohanes Paulus II mengutip kata-kata Santo Alfonsus Liguori: “Dari semua devosi, sembah sujud terhadap Yesus dalam Sakramen Mahakudus adalah yang paling agung daripada sakramen lain, yang paling berkenan kepada Allah, dan yang paling bermanfaat bagi kita” (EE 25). Marilah kita juga saling mengingatkan, sesuai kebiasaan di KAS sejak tahun 2007, setiap paroki diharapkan mengadakan Adorasi Ekaristi sehari pada hari Sabtu-Minggu saat Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus nanti, tanggal 17-18 Juni 2017. Semoga kita umat Katolik semakin rajin beradorasi.
#Sekolah Liturgi
