Cerpen: Cemara Telah Mengering

CEMARA TELAH MENGERING
oleh: Adrian Diarto

“Pak, masak aku pakai baju ini lagi pada malam Natal nanti?,” tanya Bu Karsi kepada suaminya pada sebuah petang yang gerah. Bu Karsi tahu bahwa itu adalah kalimat tanya retoris. Tidak memerlukan jawaban karena jawabannya sudah ada. Ia juga sudah tahu jawabannya.

Suaminya hanya menatapnya datar lalu berjalan menuju ruang tamu yang dihiasi dua kursi plastik warna hijau dan berlantai tanah. Tidak ada jawaban yang ditunggu-harapkan muncul dari mulut suaminya. Bertahun hidup bersama suaminya adalah tahun-tahun yang selalu sulit. Pernah ia ke Pengurus Gereja untuk bisa sekedar diterima sebagai tukang bersih-bersih dan mendapat sejumlah imbalan ala kadarnya. “Memangnya Gereja itu yayasan sosial, bu?, ” begitu jawaban yang diterimanya dari seorang pengurus yang ia tahu mengendarai mobil keluaran terbaru. Ia lalu pulang melewat-lintasi halaman gereja yang ditata-keraskan dengan paving block. Matanya menghitung setiap kotak paving yang diinjaknya.

Suaminya duduk termangu di kursi plastik sebelah kiri yang menghadap ke pintu. Bu Karsi kemudian berdiri, membuka tutup ember plastik tempat penyimpanan beras. Ia mendapati dasar ember yang terlihat jelas dan bersih.

| Kalasan | 22 Oktober 2017 | 16.00 |

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *