24 Pasutri Menyegarkan Janji Pernikahan dan Mendapatkan Pembekalan

KOMSOS-GMMK. Suasana tampak istimewa seusai misa Minggu biasa ke XVII hari Minggu, 24 Juli 2022 di Gereja Maria Marganingsih Kalasan. Beberapa pasang suami istri beriringan menuju ruang pertemuan di SMP Kanisius Kalasan. Mereka menghadiri pembekalan seusai menyegarkan janji pernikahan dalam perayaan ekaristi Minggu ini.

Salah satu program bidang liturgi  dewan paroki Maria Marganingsih Kalasan adalah penyegaran janji pernikahan untuk pasangan suami istri. Pada hari ini khusus diperuntukkan bagi pasutri yang berulang tahun pernikahan di bulan Mei, Juni dan Juli. Secara lebih khusus lagi penyegaran ini seperti tumbu oleh tutup, berbarengan dengan program live in dari UNIKA Soegijaopranata yang sedang merayakan dies natalis ke-40 hingga acara ini menjadi lebih istimewa dengan hadirnya Dr. Ferdinandus Hindiarto, S.Psi., M.Si (rektor UNIKA Soegijapranata Semarang) sebagai pembicara dalam pembekalan usai penyegaran janji pernikahan.

Stefanus Sunaryo, Wakil Ketua II Dewan Pastoral Paroki Marganingsih Kalasan, membuka pembekalan dengan menyampaikan ilustrasi HP akan lowbat jika tidak di charge, demikian juga sebuah pernikahan membutuhkah charge seperti acara hari ini.

“Pak Ferdinand tahu apa yang dibutuhkan bapak-ibu di sini untuk melanjutkan mengarungi pernikahan yang kita harapkan berlanjut sampai titik darah penghabisan,” ujar Stefanus Sunaryo yang diamini oleh seluruh peserta.

Satu pertanyaan yang menggelitik disampaikan pembicara, Dr Ferdinand Hindiarto “Untuk apa menikah?”. Pertanyaan ini tak langsung mendapatkan jawaban dari pasutri peserta pembekalan , baru setelah beberapa saat berbagai jawaban muncul dari peserta diantaranya: sudah saatnya, untuk mendapatkan keturunan, mau bahagia, memang butuh dan sebagainya. Dr Ferdinand Hindiarto yang biasa dipanggil pak Ferdinand menyimpulkan, alasan menikah ada di dalam lagu Julio Iglesias, When I need You. Dan kemudian senandung lagu ini terdengar dari segala sudut ruang pertemuan.

Bukti bahwa alasan sebuah pernikahan adalah karena “aku membutuhkanmu” adalah ketika kita memperhatikan seorang ibu single parent, anak anak membutuhkan sosok bapak, dan ibu tak dapat menggantikannya, demikian juga sebaliknya.  

Fenomena yang terjadi saat ini, banyak kebutuhan kita dapat dipenuhi tidak hanya oleh pasangan kita. Seperti halnya pasangan hanya kos bersama saja tinggal satu rumah tetapi tak saling membutuhkan. Sebagai contoh, kebutuhan makan. Beberapa tahun lalu kebutuhan makan disediakan oleh istri/ibu namun saat ini ada aplikasi yang dengan cepat dan tanpa repot menyediakan makan bahkan diantar dimana kita berada. Demikian juga istri/ibu banyak yang berkarir tak bergantung pada suami.

Pertanyaan kedua dari Dr Hindiarto, “Masihkan kita butuh pasangan kita?” dan  “Apa saja kebutuhan kita?” Dalam pertemuan pembekalan di Minggu biasa ke XVII terkonfirmasi pasangan suami istri baik yang berusia  di bawah 10 tahun maupun hampir 50 tahun masih membutuhkan pasangannya. Kebutuhan pasangan terhadap pasangannya ada lima hal, yaitu afirmasi, sentuhan fisik, waktu bersama, hadiah kecil dan tindakan membantu. Semua kebutuhan hendaknya dipenuhi secara kongkrit tak sekedar kata dan wacana. Berbagai contoh tersampaikan dalam pertemuan pembekalan ini bahkan contoh sentuhan fisik dipraktekkan dan hampir seluruh pasangan peserta merasakan dampak posisifnya.

Seluruh peserta hadir bersama pasangannya. Penyelenggara mempunyai target 50 pasangan hadir dalam pertemuan. Namun 30 pasangan yang menanggapi undangan ini dengan mendaftar dan pada hari pelaksanaan telah hadir 24 pasangan yang rentang usia pernikahannya dari 6 tahun hingga 49 tahun. “Rentang usia yang cukup jauh namun antusiasmenya tidak berbeda” pendapat dari Ferdinand setelah memberikan hadiah kenangan-kenangan kepada pasangan termuda dan tertua.

Pasangan Robertus Gunarso dan Maria Vitarina

Pasangan Robertus Gunarso dan Maria Vitarina menghadiri penyegaran janji pernikahan dengan penuh kegembiraan. Pasangan yang merayakan ulang tahun pernikahan ke 26 pada tanggal  7 Juli 2022 ini menyatakan senang mengikuti acara ini.

“Ya, untuk merayakan, menyegarkan dan bergembira bersama pasutri yang lain,” tutur Robertus Gunarso.

Pasangan Sigid dan Dina hadir bersama putrinya dan dengan antusias mengikuti acara hingga selesai dan menyempatkan diri berbincang dengan pembicara.

“Acara yang asyik dan benar-benar menyegarkan pernikahan kami. Kami yang baru enam tahun membutuhkan penyegaran apalagi yang empat puluh tahun lebih,” ungkap Dina yang amini pasangannya, Sigid sambil menggandeng putrinya.

Pasangan Sigid dan Dina hadir bersama putrinya

Dr Ferdinand menyambut baik antusiasme peserta kendati rentang usia perkawinan yang cukup lebar 6 tahun dan 49 tahun.

“Untuk program selanjutnya akan lebih baik jika peserta dikelompokkan menurut usia pernikahan, karena masing masing rentang usia akan berbeda tantangan dan permasalahannya,” saran Ferdinand. Rentang usia pernikahan yang Dr Ferdinand anjurkan adalah 1-10, 11-20, 21-30 dan 40 tahun ke atas.  

“Pembekalan tak harus dalam bentuk formal bisa juga dengan bentuk lain misalnya dengan outbond berpasangan,” usul Dr Ferdinand untuk penyelenggaraan pembekalan. Khusus untuk usia pernikahan di atas 40 tahun tak perlu lagi pembekalan, karena tahapannya sudah komplit, cukup disediakan sarana untuk bersama dan mengenang masa muda seperti ziarah bersama.

“Menjadi tugas Gereja untuk mengingatkan dan menyegarkan kembali janji pernikahan dan menambah hal-hal baru seperti pembekalan yang baru saja kita ikuti bersama tadi,” jelas Dr Ferdinand yang menuntaskan pendidikan S1, S2 dan S3 di Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah mada Yogyakarta.

YB Sukartono ketua bidang liturgi sebagai penanggung jawab penyelenggaraan program menyatakan harapannya.

 “Saya berharap penyegaran janji pernikahan periode yang akan datang dihadiri lebih banyak pasangan, karena program ini sebetulnya sangat dibutuhkan umat, tidak hanya pasangan suami istri tetapi keluarganya juga lingkungan,” harap lelaki yang gesit dalam pelayanan gereja ini.

Ia melanjutkan pendapatnya bahwa perlu adanya informasi program yang dibarengi dengan motivasi kepada umat agar mendukung dan mau terlibat dalam program ini oleh ketua ketua lingkungan dan umat yang mempunyai kepedulian di seluruh Paroki Maria Marganingsih Kalasan.

Foto-foto oleh Kantri Sekar

Kantri Sekar

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *