Visualisasi Kisah Penyaliban “MATINYA SANG KASIH”

Orang Muda Katolik (OMK) Santo Mikhael Gereja Santa Maria Bunda Allah Maguwo memaknai Jumat Agung ini dengan mempersembahkan Visualisasi Penyaliban “Matinya Sang Kasih”. Visualisasi Sengsara Tuhan Yesus diselenggarakan pada Jumat, 19 April 2019 pada pukul 08.00 bertempat di Gereja Santa Maria Bunda Allah Maguwo.

Tablo atau drama kisah penyaliban ini selain dihadiri oleh umat dari Stasi Maguwo, juga umat dari luar stasi Maguwo. Secara istimewa, Romo Antonius Dadang Hermawan, Pr., dan Frater Diakon Yosep Didik Mardiyanto pun berkenan menyaksikan tablo tersebut.

Umat dan Romo Dadang menyambut baik visualisasi tersebut. Tablo ini pun mampu membawa umat untuk merefleksikan diri dalam rangkaian Tri Hari Suci. Beberapa anak, kaum muda dan orantua tampak haru, larut dalam kisah sengsara Jalan Salib Yesus dan meneteskan air mata. Tablo ini sungguh mampu membangun suasana dalam Gereja Santa Maria Bunda Allah.

Pada akhir visualisasi, Romo Dadang, Pr., berkenan menyampaikan renungan. “Tablo atau visualisasi ini merupakan proses panjang anak-anak kita dalam memaknai sengsara Tuhan Yesus berdasarkan konteks yang ditampilkan pada hari ini,” ungkap Pastor Paroki Gereja Marganingsih, Kalasan. Romo Dadang melanjutkan, “Kita di sini tidak sedang menonton penderitaan Yesus, karena penderitaan Yesus itu sudah terjadi pada 2000 tahun yang lalu. Melainkan kita sedang menonton diri kita sendiri, dalam setiap peran yang ada dalam visualisasi itu, baik itu kita bisa seperti Pilatus, wanita yang menangisi Yesus, atau pun orang-orang yang membenci Yesus.” Kemudian Romo Dadang menutup visualisasi dengan menyampaikan kesan dan harapan, “Semoga melalui visualisasi yang telah ditampilkan oleh OMK Santo Mikael Maguwo, dengan sangat apik ini, mampu membantu kita menuntun hidup kita menjadi manusia baru. Menurut saya visualisasi yang dipersembahkan OMK Maguwo sudah bagus, sudah baik. Namun besar harapannya agar OMK bisa mempersembahkannya di tahun berikutnya. Dan juga semoga OMK mampu selalu setia dijalan Tuhan sampai akhir hayat. Semangat dan selalu untuk OMK Maguwo.”

Salah seorang tim di balik layar, Otho Sebastian mengungkapkan, “Yang saya rasakan kalau secara individu sebagai seorang Otho ya nostaljik biyanget. Secara udah sekitar 8 tahun aku istirahat, jadi beberapa waktu belakangan ini bisa mengulang lagi rasanya jadi ‘cah teater’. Kalau sebagai umat Maguwo, saya kaget juga. Gereja Santa Maria Bunda Allah Maguwo upgradenya dah jauh banget. Sekarang mau pentas ada teaser, tiap latihan ada konsumsi yang membuat kenyang, support dari pengurus Gereja gak cuma dana tapi juga tenaga langsung, lha kok sangar men grejone saiki? Aku salut dengan semangat, pengabdian, kesetiaan, dan profesionalitas manteman. Moga ini bisa jadi bekal buat kehidupan mendatang. Amen. Dari keaktoran, aku udah ngamati banyak pemain yang bisa lebih ‘jadi’ kalo terus digarap.”

Beberapa kesan pun mencuat dari para pemeran. “Yang saya rasakan ada banyak sekali maknanya mulai dari sarana untuk mempererat tali persaudaraan antar mudika entah yang lawas maupun mudika yang masih anget-anget seperti saya…dan juga saya belajar untuk memandang wafat Yesus dari perspektif yang lain sebagai seorang Imam yang beranggapan bahwa Yesus adalah seorang pembohong…sungguh makna yang luar biasa dan sangat direkomendasikan untuk diadakan lagi,” tutur Nikolas Arembha, pemeran Kayafas. “Menyenangkan berproses dengan teman-teman OMK. Setelah ini harus tetap erat hubungan antara teman-teman OMK dengan Mudika lawas biar ga putus sampe disini..mariiii adakan acara lagi biar makin eratttt..MERDEKAAAA,” ungkap  Mas Jambul, pemeran Imam Besar. “Merupakan pengalaman pertama bagi saya untuk bermain peran (tablo) seperti ini, terlebih lagi ini untuk mengguyubkan semua OMK. Meski lelah, kami bahagia. Haleluya,” tegas Heru Maguwo, pemeran Malkus. “Sebuah pengalaman luar biasa! Saya sempat terharu semua kerja keras kita terbayar, semua pengorbanan terlunaskan. Lebih dari itu tablo ini memiliki misi mengguyubkan omk lintas generasi dan berhasil. So mission complete!! kata  Stanislaus Kotska, pemeran Prajurit. “Terimakasih untuk teman-teman yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu. Untuk pengalaman dan dinamikanya beberapa bulan ini. Aku berharap semoga kita tetap akrab dan tetap bisa berkumpul bersama, ” tutur Vendra, pemeran Veronika. “Saya merasa tak pantas memerankan tokoh Yesus. Figur Yesus bertolak belakang dengan kehidupan saya. Tetapi, ketika tablo ini selesai, saya merasa sangat terharu. Bukan karena merasa sukses memerankan tokoh Yesus, tetapi saya semakin menyadari begitu besar kasih Tuhan yang dianugerahkan kepada saya,” tutur Gregorius Prasetyo, pemeran Yesus.

Rangkaian Visualisasi Kisah Penyaliban “Matinya Sang Kasih” ini tentu saja tak lepas dari peran penting sang sutradara, Sambodo Wijokongko. ***

CB Ismulyadi

Coachwriter, Editor Lepas, Penulis Artikel, Resensi, Jurnal dan Buku, ASN. Bergabung dalam Komunitas Sumber Daya Rasuli #Jogja, ISKA DIY. Saat ini menjadi pendamping penulisan karya ilmiah para guru dan pengawas Pendidikan Agama Katolik Kemenag DIY.

Learn More →

2 thoughts on “Visualisasi Kisah Penyaliban “MATINYA SANG KASIH”

  1. Gregorius Henry 23/04/2019 at 14:09

    OMK memang luar biasa. Tablo yang sangat baik.

    Reply
  2. c. ismulcokro 27/05/2019 at 09:53

    Terimakasih apresiasinya, Mas Gregorius Henry. Semoga semakin mendukung OMK untuk pelaksanaan kegiatan berikutnya…

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *