Tetap Berdonor Darah Di Masa Pandemi

TKOMSOS-GMMK. “Ada riwayat perjalanan jauh? Ada batuk, pilek, sesak napas?’’ Sepenggal pertanyaan tersebut kerap dilontarkan para petugas medis sesaat setelah memeriksa suhu tubuh para pendonor. Pada hari Minggu, 17 Mei 2020, berdasarkan surat dari PMI Sleman No.78/02.05.03/V/20 Dewan Pastoral Paroki Maria Marganingsih Kalasan melalui tim Pelayanan Kesehatan Bidang Pelayanan Kemasyarakatan mengadakan aksi donor darah yang bertujuan untuk membantu bagi sesame yang membutuhkan pada saat situasi darurat pandemi COVID 19.

Kegiatan yang diakukan di SMP Kanisius Pancapana Kalasan di dekat Komplek Gereja Maria Marganingsih ini tetap menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi tersebut. Hal ini bisa terlihat dari seragam APD lengkap yang dikenakan petugas medis yang menunggu di depan pendopo Gereja untuk melakukan screening awal bagi yang mau mendaftar.

Hal tersebut juga ditegaskan oleh pernyataan Siwi Walyani, ketua Tim Pelayanan Kesehatan. “Sebenarnya kita mengadakan donor darah ini sudah rutin 3 bulan sekali. Kebetulan saat ini bertepatan dengan bulan puasa dan juga dalam masa pandemi wabah Covid ini dan stok darah PMI juga menurun,” jelas Siwi Walyani. Dia juga menjelaskan dalam acara donor darah pagi ini para petugas tetap mengikuti standard untuk pencegahan penyebaran virus Korona dengan melakukan screening awal, seperti pemeriksaan suhu tubuh, memberikan antiseptik sebagai sarana untuk mencuci tangan kepada setiap umat yang mendaftar sebagai pendonor.

Petugas juga menanyakan langsung kondisi calon pendonor apakah ada batuk, pilek atau sesak napas. Juga apakah ada  riwayat kontak dengan penderita COVID dan juga riwayat perjalanannya. Setelah lolos screening, pendonor dipersilahkan mengantri dengan tetap menjaga jarak dengan pendonor lain. Tidak sedikit umat yang mengaku baru saja melakukan perjalanan jauh dari luar kota. Untuk itu petugas medis dengan tegas namun humanis meminta supaya menunda keinginan dari umat tersebut untuk menjadi pendonor saat itu.

Tidak mudah untuk mencari pendonor di masa pandemi seperti sekarang ini, karena kebanyakan para pendonor merasa takut untuk sekedar keluar rumah apalagi mendonorkan darahnya, namun kebutuhan  darah untuk didonorkan cukup tinggi untuk kebutuhan rumah sakit. Hal tersebut juga dialami oleh para tim medis dari PMI Sleman.

Komsos juga sempat mewawancarai Ani salah satu petugas PMI yang menyebutkan banyak kendala yang dihadapi saat bertugas. Salah satunya adalah menurunnya jumlah pendonor sejak masa pandemi ini, sedangkan permintaan kantong darah sangat tinggi. Menurut Ani banyak pendonor yang takut tertular ketika melakukan donor darah padahal selama mereka sudah mengikuti protokol kesehatan yang baik dan benar dan tidak akan terjadi seperti yang dikhawatirkan. Belum lagi kekhawatiran dari dia secara pribadi bila ada kemungkinan tertular juga dari pendonor, namun Ani tetap berjuang demi kemanusiaan dengan tetap melaksanakan tugasnya dengan baik.

Guna memenuhi protokol COVID 19, Dewan Pastoral Paroki dengan Tim Pelayanan Kesehatan melakukan penjadwalan aksi donor darah guna mencegah penumpukan umat. Setiap wilayah bisa hadir di jam yang berbeda sehingga tidak hadir di saat bersamaan.

Aksi donor darah di hari minggu ini ditanggapi secara antusias oleh umat paroki Maria Marganingsih, terbukti dengan jumah umat yang mendaftar mencapai 62 umat, dan total jumlah kantong darah yang terkumpul mencapai 45 kantong. Kegiatan ini juga banyak menjaring pendonor pemula atau pun pendonor muda seperti Theresia dari lingkungan St.Theresia Wilayah Ignatius Kalteng. Theresia baru pertama kali ikut mendonorkan darah di Paroki Maria Marganingsih, sebelumnya biasa donor di kampusnya. Theresia datang bersama temannya yang juga baru pertama kali menjadi pendonor, namun karena tidak memenuhi syarat maka saat ini belum bisa menjadi pendonor.

Ketika KOMSOS mewawancarainya apakah ada rasa khawatir ketika datang ke lokasi aksi donor darah, dia memberi jawaban. “Enggak, biasa saja,” ujar Theresia. ketika ditanya motivasinya untuk berani datang dan ikut mendonorkan darahnya, dia menjawab sambil tersenyum kecil. “Ketika pertama kali mendonorkan darah ternyata habis donor itu terasa enak dan membuat ketagihan,” ucapnya.

Semoga semakin banyak orang yang tergerak hatinya untuk ikut andil dalam aksi donor darah di masa mendatang sehingga makin banyak nyawa manusia tertolong. Diharapkan pula semakin banyak pendonor-pendonor pemula yang memulai aksi mulianya yakni ikut mendonorkan darahnya demi kemanusiaan.

Catatan: Liputan dan foto oleh Mas Donald M.

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *