Tes tertulis dan rekoleksi calon komuni pertama paroki Kalasan

KOMSOS-GMMK. Menjelang penerimaan komuni pertama (sakramen ekaristi) para guru katekis dan  pendamping  sibuk  mempersiapkan para calon penerima dengan serius. Calon penerima komuni pertama umumnya masih mengenyam pendidikan sekolah dasar. Meski demikian tidak menutup kemungkinan ada juga orang dewasa, khususnya yang baru bergabung dalam persekutuan dengan Gereja Katolik.

Pasca anak-anak disiapkan dalam pembinaan yang berlangsung waktu sebelumnya, kini mereka memasuki satu tahap penting yakni ujian tulis dan rekoleksi yang berlangsung dengan lancar pada hari Minggu 12 Juni 2022, bertempat di Gereja Maria Marganingsih Kalasan.

Terlihat para calon penerima Komuni Pertama yang terdiri dari 135 orang yang berasal dari 6 pendampingan (wilayah Berbah, wilayah Kalasan Tengah, wilayah St Maria Kalasan Barat, Wilayah St. Yusup Kalasan Barat, Stasi Maguwo dan Gereja Maria Marganingsih Kalasan) hadir di gereja dengan antusias karena diantar oleh orangtua masing-masing dan disambut dengan ramah oleh para ketekis dan pendamping.

 “Kegiatan ujian tertulis ini dimaksudkan untuk memberi motivasi lebih kepada anak-anak calon penerima komuni pertama. Selain itu, kegiatan ini dimaksudkan sebagai bahan evaluasi bagi para katekis agar ke depannya bisa mendampingi dengan lebih baik,” jelas Bu Chandra, sebagai Timpel Inisiasi.

Tes tertulis ini berlangsung selama 45 menit, yang kemudian dilanjutkan dengan rekoleksi setelah rehat dan sesi ice breaking.

Rekoleksi yang mengusung tema “Menjadi Suci Sejak Kecil’ ini diisi oleh Romo Vincentius Yudho Widianto. Pr. Dalam pemaparannya Romo Yudho menekankan bahwa menjadi suci itu memang tidak mudah dan instan dan pastinya membutuhkan proses yang tidak sebentar. Beruntung Gereja katolik memberikan sarananya kepada kita yaitu melalui 7 sakramen yang mana para calon komuni pertama akan menerima sakramen inisiasi yang kedua setelah sakramen babtis dalam waktu yang tidak lama lagi.

Romo yang hobi bermain games ini mengajak anak-anak calon penerima Komuni Pertama untuk belajar hidup suci, dalam hidup sehari-hari. Sesuai dengan ARDAS Keuskupan Agung Semarang anak-anak didorong untuk menjadi semakin Katolik, semakin merasul dan semakin nasionalis

Dicontohkan oleh Romo Yudho bahwa semakin Katolik bisa diartikan bahwa anak-anak harus semakin rajin berdoa, rajin mengikuti Ekaristi, rutin mengaku dosa, membaca Kitab Suci dan aktif dalam kegiatan gereja seperti kegiatan PIR, lektor, menjadi misdinar dll.

Semakin merasul diartikan belajar mewartakan Sabda Tuhan kepada orang lain lewat kata dan perbuatan, melakukan perbuatan-perbuatan baik yang diinginkan Tuhan, berteman dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan, bangga dan tidak malu menjadi anak Katolik serta menggunakan sosial media seperti IG dan Tiktok untuk membagikan firman Tuhan dan berbagi kebaikan yang dilakukan sehari-hari.

Terakhir anak diajak untuk semakin nasionalis dengan cara  bangga menjadi orang Indonesia, tidak membeda-bedakan suku dan agama dalam berteman, hafal kelima sila Pancasila dan hafal lagu-lagu kebangsaan, dan belajar dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Romo yang banyak menciptakan lagu-lagu rohani ini menutup rekoleksi dengan mengajak seluruh anak untuk menuliskan dalam secarik kertas yang berisi niat-niat masing setelah menerima Komuni Pertama serta bagaimana cara untuk mewujudkannya. Niat-niat ini akan dikumpulkan oleh para pendamping dan diharapkan akan didiskusikan dalam mistagogi pasca penerimaan Komuni Pertama untuk mengingatkan kembali apakah niat-niat tersebut sudah dilaksanakan atau belum.

Akhirnya seluruh rangkaian acara ditutup dengan menyanyikan sebuah lagu yang berjudul : ‘Yesus Tak Punya Tangan Lagi’. Dari lagu ini anak-anak dan kita semua diingatkan untuk meruskan karya pelayanan Tuhan Yesus kepada sesama kita.

YESUS TAK PUNYA TANGAN LAGI

Yesus tak punya tangan lagi

Tangan kitalah yang menjadi tanganNya

Untuk melakukan pelayanan

Ditengah orang masa kini.

Yesus tak punya kaki lagi

Kaki kitalah yang menjadi kakiNya

Untuk melakukan pelayanan

Ditengah orang masa kini.

Yesus tak punya badan lagi

Badan kitalah yang menjadi badanNya

Untuk melakukan pelayanan

Ditengah orang masa kini.

Roshinta Rambe

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *