Di gereja St. Ignasius Temanggal, Kalasan Tengah, perayaan Minggu Palma dirayakan pada hari Sabtu sore mulai  pukul. 18.00 dan dipimpin oleh Rm. Budiharyana Pr.

Pemberkatan daun palma dilakukan di luar gereja yakni di Wisma Dirjo dan dilanjutkan perarakan menuju gereja. Pada kesempatan itu, Romo Budi bergerak dari Wisma Dirjo menuju gereja dengan menaikki gerobag. Ini seperti memberikan gambaran Yesus yang naik seekor keledai ketika memasuki kota Yerusalem.

Hal yang sangat menarik dan lain daripada yang lain adalah tampilan dekorasi yang sangat mengesankan di dalam gereja St. Ignasius Temanggal. Salah satu dekorasi di dalam gereja berwujud wayang kulit. Beberapa wayang ditata sedemikian rupa seperti sedang menceritakan tokoh Abimanyu Madeg Senopati ketika perang di Kurusetra. Dalam perang tersebut Abimanyu gugur “diranjab”, tubuhnya ditusuk dengan berbagai macam senjata, dan tubuhnya penuh dengan luka.

Dalam homilinya Romo Budi mengajak umat beriman untuk mengikuti Yesus secara utuh yaitu Yesus yang mulia dan jaya, juga Yesus yang sengsara, menderita, dan wafat di salib. Kemuliaan Yesus Kristus tidak hanya nampak dalam kejayaan-Nya sebagai Raja tetapi juga dalam sengsara dan wafat-nya di salib. Yesus masuk ke kota Yerusalem sebagai Raja Damai, maka Ia naik keledai, bukan kuda atau unta.

Penduduk Yerusalem menerima Yesus dengan antusias, menjadi umat beriman yang merindukan damai dan sejahtera. Sayangnya, dan itu sungguh memprihatinkan, penduduk Yerusalem begitu cepat berubah pikiran dan sikapnya. Dalam waktu singkat, mereka mengubah teriakannya dari Hosana yang berarti ‘Selamatkanlah kami! ‘ menjadi ‘salibkan Dia!’.

Semoga perayaan Minggu Palma ini meneguhkan kesetian kita semua dalam mengikuti Yesus Kristus.

Catatan: foto dan tulisan kiriman dari Romo Budi.