Pentigraf: PELUKAN IBUKU

Pentigraf:  PELUKAN IBUKU

Oleh Yusup Priyasudiarja

Malam dingin di bangku nomer delapan. Seperti biasa ayahku duduk di sebelah kananku dan seperti biasa pula aku tak tahu siapa yang akan duduk di sebelah kiriku. Selalu berganti-ganti setiap waktu. Aku berharap ada sekelat perempuan berhati lembut duduk di samping kiriku dan sesekali memelukku. Tetapi itu tidak pernah terjadi. Aku hanya berhenti pada semoga dan semoga, berharap dan berharap dan entahlah apakah harapanku akan menjadi nyata.

Di misa malam natal ini aku tak henti memandang patung bunda Maria. Wajahnya sungguh lembut dengan matanya yang bening. Mungkin ibuku seperti itu. Aku tah tahu. Aku hanya seringkali memandang ke kanan dan ke kiri, lalu aku sering melihat sekelabat perempuan yang duduk jauh dari kursiku. Ia sesekali menatapku, lalu tersemyum dan kemudian menghilang. Apakah itu sosok ibuku? Aku tak tahu. Tetapi setiap kali misa, perempuan itu selalu duduk di situ dan seperti ingin dekat denganku. Aku tidak menceritakan hal ini pada ayahku. Wajah perempuan itu persis dengan wajah foto ibuku di rumah. Ya foto ibuku. Bila aku rindu ibuku, yang aku lakukan adalah memeluk foto itu. Lalu tak kusadari mataku basah, dan airmataku jatuh satu-satu menggenangi fotoitu. Dan ketika ayah pulang aku buru-buru menghapusnya dengan bajuku agar ayahku tidak tahu bila aku sungguh merindukan ibuku. Sejujurnya aku sangat merindukan pelukan ibuku. Aku pernah merasakan puluhan pelukan perempuan, tapi tidak pelukan ibuku.

Di misa natal kali ini,  entah mengapa ada tempat kosong si samping kiriku. Seperti biasa aku menatap kanan dan kiri dan sekelabat perempuan itu kembali muncul, duduk di bangku nomor tiga. Ia menoleh ke arahku dan seperti biasa tersenyum manis. Hatiku mulai menggemuruh saat ia tidak menghilang namun justru beranjak dari tempatnya, mendekatiku dan duduk di samping kiriku. Namun entah mengapa aku tidak merasa takut. Yang aku rasakan justru rasa bahagia dan damai. Saat umat berdiri, perempuan itu juga berdiri lalu memelukku. Hangat sekali. Rasa bahagia merasuki relung hatiku. Aku tidak pernah merasakan sebahagia itu. Aku yakin itu ibuku. Dan itulah pelukan pertama ibuku sejak ia meninggal 1 jam sesudah melahirkanku 3 tahun lalu.

Catatan: Pentigraf adalah cerpen yang hanya berisi tiga paragraf.

Foto diambil dari: https://www.google.co.id/search?q=pelukan+ibuku&source

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *