KOMSOS-GMMK. Tak ada perarakan umat dari Taman Doa Pieta menuju gedung gereja paroki Maria Marganingsih Kalasan. Tak ada umat yang dengan semangat melambai-lambaikan daun palma sambil menyanyikan lagu “Yerusalem, lihatlah rajamu’’. Tak terlihat umat yang bergegas berebut tempat duduk setelah perarakan usai. Pintu-pintu gereja tetap tertutup rapat. Lampu-lampu tak dinyalakan. Ruang gereja dibiarkan gelap. Bangku-bangku dibiarkan kosong. Gedung gereja tetap sepi. Sunyi.
Begitulah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, umat paroki Maria Marganingsih Kalasan mengikuti Perayaan Minggu Palma, 5 April 2020 melalui tayangan misa live streaming. Ini pun dialami oleh ribuan umat di paroki-paroki lain dengan mengikuti misa online baik melalui tayangan TV maupun melalui tayangan Youtube, Instagram atau pun Facebook. Meski demikian, umat tidak kalah khusuk dalam mengikuti perayaan ekaristi.
Perayaan Minggu Palma live streaming di ruang doa Pastoran Paroki Maria Marganingsih Kalasan dipimpin oleh Rm Adrianus Maradiyo, Pr., didampingi oleh Rm. Antonius Dadang Hermawan, Pr. dan Rm. Jonathan Billie Cahyo Adi, Pr.
Dalam homilinya, Rm Maradiyo menegaskan bahwa perayaan Minggu Palma menandai awal dari perayaan pekan suci. Perayaan Minggu Palma kali ini memang dilaksanakan tanpa perarakan namun hal ini tidak akan mengurangi makna perayaan Minggu Palma. Ada beberapa simbol dalam perayaan minggu Palma. Simbol yang pertama adalah daun palma.
Palma adalah simbol dari harapan, kehidupan dan berkat. Kita diajak untuk menjadi pribadi yang berpengharapan dalam situasi yang serba sulit untuk mengalirkan kehidupan dan menjadi berkat bagi banyak orang. (Rm. Adrianus Maradiyo, Pr.)
Simbol kedua adalah Yesus yang masuk kota Yerusalem. Lewat sengsara dan kematianNya di kayu Salib, Yesus mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan umat manusia. Ini menandakan bahwa Allah senantiasa ikut serta di dalam penderitaan manusia. Keledai adalah simbol dari kerendahan hati, kelemahlembutan. Yesus adalah raja yang rendah hati dan penuh belas kasih. Yesus yang dielu-elukan masuk kota Yerusalem adalah Yesus yang siap untuk memberikan dirinya untuk berkorban sampai mati di kayu salib. Yesus yang menderita, Yesus yang wafat di kayu salib dan Yesus yang bangkit adalah iman kepercayaan kita.
Di tengah pandemik corona ini, kita diajak untuk terlibat dan ikut ambil bagian dalam mengatasi virus corona. Kita diajak untuk berkorban, dengan tetap tinggal di rumah, rajin mencuci tangan, menjaga jarak (social distancing) serta berani terlibat demi kepentingan sesama kita.
Rm Maradiyo juga mengajak umat untuk mendoakan para dokter, perawat, tenaga medis dan para relawan agar mereka diberi rahmat kesehatan dan rahmat kebahagian bagi keluarganya. Semoga yang sakit disembuhkan dan mereka yang meninggal akibat wabah korona diampuni dosa-dosanya dan diberi kebahagiaan dalam kehidupan kekal.
Sekali lagi palma adalah simbol pengharapan, kehidupan dan berkat. Semoga sungguh umat Katolik tetap menjadi pribadi-pribadi yang penuh pengharapan di tengah situasi sulit seperti sekarang ini. Semoga umat Katolik tetap menyalurkan kehidupan dan mau menjadi berkat bagi sesama dengan semangat pengorbanan dan mau terlibat aktif dalam memerangi derita akibat wabah korona.
Foto: dari berbagai sumber