Paguyuban ibu-ibu Wilayah St. Theodosius: “Perempuan Pemenang”

KOMSOS-GMMK. Hari minggu tanggal 24 April Kapel St Theodosius di dusun Cupuwatu 1 mulai dikunjungi oleh ibu-ibu yang berdomisili di wilayah St. Theodosius. Dengan tetap menjalankan prokes yang sudah disiapkan oleh pengurus kapel, satu persatu mereka mulai memasuki kapel St Theodosius yang bersebelahan dengan TPU Cupuwatu 1. Tujuan mereka berkumpul pada siang itu adalah untuk melakukan kegitan yang rutin dilakukan setiap bulan di Minggu ketiga, namun karena Minggu ketiga bulan April bersamaan dengan paskah Paroki maka pertemuan diundur sekaligus mengambil momentum hari Kartini. Itu terlihat dari pakaian yang dikenakan yang sangat identik dengan salah satu pahlawan nasional R.A Kartini yaitu Kebaya.

Pertemuan ibu–ibu Wilayah St theodosius diawali dengan sembahyang bersama yang dipandu oleh Ibu Menuk. Banyak kegiatan positif dalam pertemuan siang itu contohnya ada tabungan ziarah, tabungan sosial. Seperti dijelaskan oleh Ibu Juanita yang juga menjadi ketua Ibu-Ibu Wilayah St Theodosius, tabungan ziarah sifatnya sukarela tidak ditentukan nilainya.

”Jadi jika nanti ibu-ibu wilayah akan mengadakan ziarah ibu-ibu yang ikut menabung tidak perlu mengeluarkan uang lagi, bisa diambil dari tabungan tersebut.Dan juga dana sosial yang akan dipergunakan untuk membantu jika ada anggota yang sakit atau pun berduka. Ada juga yang dipakai untuk sumbangan khusus ke TK Indriyasana,” jelas Bu Juanita lagi.

Acara yang dimulai pukul 14.00 ini berjalan dengan lancar dan baik, disamping agenda acara rutin dikarenakan berdekatan dengan Hari kartini maka pengurus paguyuban menambah sesi pertemuan hari itu guna memanfaatkan momentum hari Kartini. Maka pada pertemuan tersebut ada satu sesi belajar bersama mengenai bagaimana Semangat Kartini bisa menginspirasi  wanita- wanita jaman sekarang.

Selama ini perempuan dinilai menang ketika menyandang predikat sukses sepertimemiliki jabatan, atau berhasil meraih prestasi tertentu di mata sosial. Tetapi belajar dari Kartini, seorang perempuan dikatakan pemenang, sukses, pertama-tama dimulai dari memenangkan apa yang ada di dalam pikiran. Sesi yang dipandu oleh ibu Elisabeth Dwi Astuti ini sangat menarik, terlihat ibu-ibu yang hadir dengan semangat mengikuti sesi belajar bersama yang dibawakan sangat apik oleh sang pemandu dengan tema “PEREMPUAN PEMENANG”

Kartini bisa saja terkungkung oleh budaya, dan norma saat itu yang membuat dia masuk dalam perkawinan poligami dan membatasi ruang geraknya. Tetapi itu tak membuat dia berakhir dengan menyerah hanya sebagai korban keadaan. Dia terus mencari cara menjaga pemikiran terus terbuka dengan ilmu baru dan terus berusaha menyuarakan pemikirannya walau tidak ditanggapi dalam diam oleh orang sekitarnya.

Kartini mulai menulis surat, bercerita, saling berbagi kisah, ide, pengetahuan baru, hingga kita mengenal buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Memenangkan diri dari pikiran yang memerangkap perempuan untuk berkata “saya bisa”, “ini hak saya”, “saya mau melakukan ini”, bukanlah hal yang mudah. Butuh keberanian dan kemauan.

“Bersyukurnya, bagi orang percaya, kuasa kebangkitan Kristus memampukan para perempuan untuk memenangkan pikirannya dari perangkap si jahat. Seperti Yesus yang keluar dari kegelapan kubur menuju terang Paskah, para perempuan pun mampu mengambil kekuatan itu untuk keluar dari pikiran-pikiran yabg mengkerdilkan kapasitasnya,“ ujar pemandu yang akrab dipanggil Betty. Acara berakhir pada pukul 16.00 Wib setelah ditutup dengan doa oleh Ibu Aquilina. Para ibu lalu membereskan ruangan kapel dan pulang di bawah rintik gerimis sore itu sambil memaknai pesan Kartini yang terus menggema dalam relung jiwa mereka.

Foto oleh: Donald Maradona

Donald Maradona

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *