Menghayati Passio, Menyelami Kisah Sengsara Tuhan Yesus

KOMSOS-GMK. Passio begitu melekat pada perayaan pekan suci yakni pada perayaan Minggu Palma dan Jumat Agung. Bagaimanakah kita mesti menyikapinya dan bagaimanakah peranannya dalam perayaan ekaristi? Sering kali kita mendengar umat yang mengeluhkan tentang passio. Sebagian berpandangan bahwa passio itu membosankan, membuat mengantuk, atau terlalu bertele-tele. Lalu ada juga umat yang bertanya mengapa passio tidak diganti dengan peragaan atau drama penyaliban saja supaya bisa lebih menarik perhatian umat. Pertanyaan seperti itu juga kerap kali terdengar dari obrolan umat.

Petugas passio saat tekun berlatih

Memang kemajuan teknologi saat ini begitu pesat  dan mampu membius mereka semua khususnya anak muda dengan kecanggihan dan kemudahan yang bisa diperoleh dari teknologi tersebut. Belum lagi aplikasi-aplikasi yang bisa dimainkan di ponsel yang membuat mereka malas untuk melepas gadget. Mungkinkah hal-hal tersebut yang menjadi faktor utama yang membuat mereka kecanduan gadget? Mungkinkan hal itu yang menjadi penyebab sebagian umat menjadi bosan dan mengantuk ketika mendengarkan passio?

Arif  Menyikapi Peran  Passio

Peranan passio dalam perayaan Ekaristi Pekan Suci sangat penting karena passio adalah Sabda Tuhan. Passio tidak dapat digantikan oleh peragaan atau pun drama teatrikal demi menghilangkan kebosanan umat saat passio. Karena apabila drama tersebut menggantikan passio maka bisa jadi umat akan terpaku pada para pemerannya dan bukan pada kisah sengsara Yesus sendiri. Untuk itu diperlukan sikap yang arif untuk menyikapinya. Sikap khidmat dan menjaga ketenangan saat passio berlangsung sudah menunjukkan kearifan dalam menyikapi passio.

Petugas passio beristirahat sejenak setelah serius berlatih

Berkaca pada tulisan di atas, petugas yang akan mengisi peran passio di Paroki Marganingsih Kalasan juga  berusaha untuk arif dalam menyikapi peran mereka. Dalam setiap latihan mereka mencoba untuk berserah diri kepada Tuhan Yesus dan memberikan yang terbaik. Seperti yang dilakukan oleh Marsudi, pemeran Yesus di passio bahasa Jawa.

Dengan panduan dari pelatih Anastasya Indah dan Angela Karina Dewanti (Nina) dan didukung suasana latihan yang nyaman, Marsudi dan petugas passio lainnya diajak untuk tidak sekedar bisa membaca passio, melainkan juga diajak untuk menjiwai peran yang diemban dalam passio. Harapannya, umat yang mendengarkan juga bisa bersikap arif dalam menyikapinya dengan cara mendengarkannya secara khusuk, dan menghayati kisah Sengsara Yesus secara mendalam. Dengan demikian, umat bisa lebih meresapi pengorbanan Yesus yang amat besar bagi umatNya.

Vitamin C – ompassion (welas asih)

Dalam setiap pertemuan dengan sesama tim pasio untuk berlatih, mereka mungkin saja sudah lelah karena aktifitas harian, entah di sekolah, di rumah, di kantor atau di ladang. Namun itu tidak menjadikan alasan bagi mereka untuk  tidak menepati komitmen berlatih bersama. Eentah mengapa setiap mereka memulai berlatih semua kepenatan atau kelelahan seakan tampak sirna berganti semangat berlatih. Barangkali ini sesuai dengan peribahasa “Enthusiasm is contagious” (Semangat itu menular).

Seakan Tuhan memberikan mereka suplemen energi, vitamin untuk tubuh mereka. Mereka semua percaya, mereka tidak akan mementingkan diri sendiri dan akan bertindak penuh belas kasih dan tidak mengharapkan apapun sebagai balasannya. Ada sumber energi baru yang bisa mereka dapatkan yaitu energi welas asih. Itulah yang membuat mereka tetap mempunyai semangat untuk berlatih dan kelak bertugas.



Vitamin C-inta Kasih

Petugas passio sadar betul bahwa mereka akan membawakan sabda Tuhan pada perayaan ekaristi. Untuk itu mereka memerlukan “Vitamin C” lainnya; vitamin yang membuat mereka menghargai pengorbanan orang lain; vitamin yang membuat mereka bangga menjadi umat Katolik; vitamin yang berasal dari ajaran Tuhan sendiri yaitu cinta Kasih. “Vitamin” ini bisa mereka peroleh dengan cara meresapi kisah sengsara Tuhan Yesus yang dikemas dalam passio. Harapannya, mereka bisa menyelami perasaan Tuhan Yesus sendiri, dimulai dari pengkhianatan dari salah satu muridNya, jalan salibNya, penyaliban, sampai wafatNya di kayu salib demi menyelamatkan umat manusia. Semuanya bisa mereka resapi dalam passio.

Kini tinggal bagaimana cara mereka membagi “vitamin” tersebut kepada umat dan sesama.  Oleh karena itu mereka perlu banyak minum “vitamin C-ompassion” (welas asih), karena vitamin ini bisa memberikan energi esktra. Vitamin “C-inta kasih “ juga bisa membuat mereka siap berkorban demi kepentingan orang banyak dan demi orang-orang yang mereka cintai. Cinta kasih dan welas asih ini adalah sesuatu yang membuka pintu hati mereka tertuju kepada kerajaan Allah. Vitamin ini membuat mereka sadar akan keberadaan mereka di dunia ini, tidak lain karena belas kasih dan cinta kasihNya  yang besar yang menyelamatkan mereka semua.

Catatan: Ditulis oleh Donald Maradona

Donald Maradona

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *