Gereja sebagai Simbol Persaudaraan Umat

Perayaan Ulang Tahun ke-3 Wilayah Santo Yusup, Juwangen

Senin, 28 Oktober 2019. Pada petang hari, umat wilayah Santo Yusup, Juwangen berduyun-duyun menuju lokasi bangunan gereja yang belum sempurna. Pada lokasi yang masih terpasang batang-batang bambu yang malang melintang, beratap terpal dan dikelilingi material bangunan inilah, umat Wilayah Santo Yusup, Juwangen merayakan hari ulang tahun ke-3 pemekaran wilayah. Umat Wilayah Santo Yusup, Juwangen memang sedang mengupayakan pembangunan gedung gereja. Sebelumnya, wilayah yang berada di sebelah utara gapura Akademi Angkatan Udara (AAU) sebelah barat Kantor Bulog, sebelah selatan Selokan Mataram dan sebelah timur Dusun Sorogenen ini menjadi satu dengan wilayah Santa Maria, Kalasan Barat.

Setelah sekitar pukul 17.30, umat mendaraskan Doa Rosario, mereka melaksanakan Perayaan Ekaristi Syukur. Romo Antonius Dadang Hermawan, Pr,. berkenan memimpin liturgi ini. “Pada ulang tahun ke-2, umat Wilayah Santo Yusup sudah meletakkan batu pertama pembangungan gereja. Pada ulang tahun ke-3, umat mengadakan misa. Semoga pada ulang tahun ke-4, proses pembangunan gereja sudah selesai dan tidak menggunakan tratag lagi,” kata Romo Dadang mengawali renungannya.

Lebih lanjut, Pastor Paroki Gereja Marganingsih Kalasan ini mengucapkan selamat dan sekaligus mengajak umat mengingat kembali pengalaman ketika wilayah Santo Yusup mengalami pemekaran, berpisah dengan wilayah Santa Maria. “Sedih ketika tidak bergabung lagi dengan umat di wilayah Santa Maria tetapi sekarang merasa bersukacita karena mampu mengupayakan gedung gereja meskipun harus melakukan kerja bakti, dibela-belain menjual produk makanan, memperoleh hasil sedikit demi sedikit yang menopang anggaran pembangunan. Tentu usaha, peran dan berkat Hyang Roh Suci senantiasa menyertai usaha kita,” tandas Romo Dadang.

Dengan dasar bacaan pertama (Efesus 2:19-22) dan bacaan Injil (Lukas 6:12-19), Romo Dadang kembali memaparkan, “Jika semua memiliki semangat dan berusaha mendirikan bangunan gereja, maka sebetulnya yang sedang dibangun, tak lain, adalah paguyuban umat beriman yang tumbuh dan berkembang. Gereja sebagai bangunan menjadi simbol persaudaraan umat. Hari ini, kita diingatkan pada tokoh Yudas Tadeus dan Simon yang mewartakan Injil hingga mereka menjadi martir. Berkat jasa mereka dan juga Rasul Paulus, iman kekristenan sampai di Juwangen. Saya mengajak umat untuk selalu menghidupkan paguyuban dan menjalankannya dengan penuh sukacita. Semoga perayaan syukur, hari ulang tahun ke-3 wilayah Santo Yusup semakin menggerakkan kita menjadi saksi Kristus, dan bersaudara dalam iman,” pungkas Romo Dadang.

Bapak Bernardus Sumaryono mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak, antara lain Bapak Dukuh Padukuhan Juwangen, Romo Paroki Gereja Marganingsih Kalasan, umat Islam di Juwangen, Dewan Paroki Gereja Marganingsih Kalasan, umat lingkungan atau wilayah Santa Maria dan Santo Teodosius, masyarakat Juwangen dan kepada seluruh umat yang senantiasa semangat dalam rangka perayaan ulang tahun ke-3 ini dan kegiatan lainnya. “Tak lupa, panitia juga menyampaikan terimakasih kepada para ibu yang telah menyediakan sajian terbaik bagi umat …dalam perayaan ini, kita tidak menyediakan kursi tetapi secara lesehan. Kita berharap dapat semakin guyub dan dapat kembul dhahar bersama,” tutur ketua yang tidak kenal lelah untuk mewujudkan berdirinya Gereja Wilayah Santo Yusuf.

Menurut BapakJoko Wintolo, “Sesuai data awal terbentuknya Wilayah Santo Yusuf, jumlah umat berjumlah sekitar 665 orang. Kegiatan-kegiatan di tiap lingkungan berjalan secara rutin dan dilaksanakan bergiliran di rumah masing-masing umat. Dalam kerangka itu, umat mendambakan satu tempat yang bisa menampung semua umat dalam acara-acara tertentu. Tuhan menjawab kerinduan umat. Salah satu keluarga menghibahkan sepetak tanah sawah seluas 640 m2 dengan lebar muka 8 meter dan panjang 80 meter. Entah suatu kebetulan atau sudah menjadi kehendak Tuhan, leluhur keluarga yang menghibahkan tanah tersebut juga memakai nama baptis Santo Yusuf. Peletakan batu pertama oleh Romo Antonius Dadang Hermawan Pr. menjadi penanda pembangunan gereja. Untuk menambah semangat, salah seorang umat berinisiatif menggagas adanya lagu khusus untuk Wilayah Santo Yusuf Kalasan Barat. Kidung Wilayah Santo Yusuf Kalasan Barat pun ditulis dan dicipta oleh almarhum Bapak L. Putut Widyantoro. Bapak Sukartono, seorang Prodiakon di Wilayah Santo Yusuf, menyusun doa untuk pembangunan gereja. Doa itu senantiasa diucapkan setiap kali ada ibadat di lingkungan maupun di wilayah.”

Pada sela-sela sukacita atas perayaan ulang tahun ke-2 Wilayah Santo Yusuf Kalasan Barat ini pula, beberapa umat menyampaikan kesan dan harapannya. Ibu Erni Sujatmiko, penggerak dasawisma di Pedukuhan Juwangen, menuturkan, “Umat wilayah Santo Yusup memang luarbiasa. Setelah dimekarkan menjadi wilayah baru, umat semakin ngremboko. Semoga pemekaran dan pembangunan gereja ini membuat umat semakin guyub rukun dan meneguhkan dalam iman.” “Semoga proses pembangunan Gereja Santo Yusup Kalasan Barat berjalan lancar dan segera rampung supaya dapat menampung umat yang cukup banyak,” kata Bapak Henrikus Mulyono. Dukuh Padukuhan Juwangen, Bapak Aris Tri Cahyono mengutarakan, “Semoga umat Katolik di wilayah kalasan barat bisa beribadah dan meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan…serta bisa migunani tumraping liyan.”***

CB Ismulyadi

Coachwriter, Editor Lepas, Penulis Artikel, Resensi, Jurnal dan Buku, ASN. Bergabung dalam Komunitas Sumber Daya Rasuli #Jogja, ISKA DIY. Saat ini menjadi pendamping penulisan karya ilmiah para guru dan pengawas Pendidikan Agama Katolik Kemenag DIY.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *