414 – St. Lukas Somodaran – Sarasehan 5 Pilar Gereja

Tanggal 17 Agustus 2023 pukul 19.00 WIB bertempat di rumah Gandrik Joko atau Christiana Wiwik, diadakan sarasehan 5 Pilar gereja. Sarasehan ini dihadiri sebanyak 40 umat Lingkungan St. Lukas, yang datang dengan semangat yang tinggi untuk mendiskusikan dan memperdalam pemahaman tentang 5 Pilar gereja. Dalam sarasehan ini, umat mengambil bagian dalam diskusi yang terarah dan terstruktur tentang masing-masing pilar gereja. Mereka membahas tentang iman, pengharapan, kasih, pelayanan, dan persekutuan, serta bagaimana menerapkan prinsip-prinsip ini dalam hidup sehari-hari. Namun hal utama yang didiskusikan adalah tentang bersekutu.

Diskusi yang berlangsung begitu intens dan penuh inspirasi ini membantu umat untuk lebih memahami dan menggali makna yang lebih dalam dari pilar gereja salah satunya tentang hidup bersekutu. Sebelum diskusi ini berlangsung terlebih dahulu prodiakon Bonaventura Satya membacakan sepenggal renungan kisah dari 2 orang Ibu yang memiliki kemauan untuk hidup bersekutu yang berbeda, diceritakan dalam kisah tersebut Bu Rina adalah orang yang sangat aktif dalam kegiatan gereja apapun hingga beliau tidak memiliki banyak waktu untuk keluarganya, lain halnya dengan Bu Nonik yang enggan untuk aktif dalam kegiatan gereja atau lingkungan karena dianggap membuang waktu serta biaya yang tidak sedikit yang mana waktu dan biaya yang hilang tersebut bisa digunakan untuk menyambung ekonomi keluarganya. Dalam sarasehan ini dibagi menjadi 5 kelompok untuk saling berdiskusi dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan oleh prodiakon

Untuk pertanyaan pertama adalah “Mengapa Bu Rina aktif di lingkungannya? Apa yang mendorongnya aktif? Benarkah tidak ada masalah dalam keluarganya? Bagaimana pendapat kelompok mengenai Bu Rina dan keluarganya?

Pada pertanyaan ini mayoritas umat menjawab bahwa Bu Rina Aktif dalam kegiatan lingkungan karena Bu Rina mendapat panggilan pelayanan untuk mengajak umat lain aktif juga dalam hidup bersekutu di lingkungan. Bu Rina sadar akan pentingnya peran individu dalam menjaga kelestarian alam dan berkontribusi positif dalam masyarakat. Oleh karena itu, ia terlibat dalam berbagai program dan kegiatan lingkungan seperti penanaman pohon, kampanye pengurangan plastik, serta partisipasi dalam kegiatan sosial lainnya yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.

Dalam melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan lingkungan, Bu Rina sama sekali tidak mempertimbangkan aspek ekonomi karena Bu Rina sadar bahwa dengan memiliki kegiatan ekonomi yang stabil, ia bisa lebih leluasa dalam melanjutkan kerja pelayanan dan mencapai tujuan lingkungannya. Namun, walaupun aktif dalam kegiatan lingkungan dan pelayanan, bukan berarti Bu Rina bebas dari masalah. Tidak jarang masalah keluarga timbul akibat kurangnya waktu yang bisa diberikan oleh Bu Rina kepada anak-anaknya. Anak-anak Bu Rina menjadi kurang mendapatkan perhatian dan pengawasan yang mereka butuhkan. Dalam memahami hal ini, Bu Rina perlu untuk mencari solusi yang seimbang antara pelayanan dan keluarga karena menjaga hubungan yang baik dengan keluarga adalah hal yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan.

Pertanyaan nomor 2 adalah “Mengapa sebaliknya Bu Nonik memilih tidak aktif? Apa yang membuatnya bersikap seperti itu? Bagaimana pendapat kelompok mengenai Bu Nonik dan keluarganya?”

Dalam diskusi ini umat berpendapat bahwa Bu Nonik menjadi tidak aktif dalam kegiatan di lingkungan karena terdesak oleh kondisi ekonomi. Dia khawatir apabila terlibat aktif dalam kegiatan lingkungan maka waktunya akan banyak terbuang, yang tadinya bisa digunakan untuk bekerja jadi tidak bisa karena harus ikut dalam kegiatan lingkungan. Selain itu ada kekhawatiran akan pengeluaran yang membengkak karena banyaknya iuran yang harus dibayar ketika ikut dalam kegiatan lingkungan.

Sebagai umat, kita bisa memahami kondisi tersebut dengan penuh pengertian. Namun, kita juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan sejumput bantuan sambil berusaha merangkul Bu Nonik agar mau ikut aktif dalam kegiatan lingkungan. Dalam melakukan semua hal ini, penting bagi kita untuk menjaga sikap sabar dan empati. Mungkin Bu Nonik membutuhkan waktu dan pemahaman lebih lanjut untuk bisa benar-benar memahami pentingnya keterlibatan dalam kegiatan lingkungan. Oleh karena itu, kita harus menginspirasi dan memberikan contoh yang baik kepada Bu Nonik agar ia dapat melihat manfaatnya tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi generasi mendatang.

Pertanyaan ketiga “Bagaimana pendapat anda sebagai umat lingkungan anda? Kegiatan persekutuan apa saja yang anda ikuti di lingkup gereja? apa yang semestinya menjadi dasar pertimbangan anda untuk ikut aktif terlibat pada berbagai kegiatan umat?

Umat banyak berpendapat bahwa harus ada keseimbangan antara keluarga dengan hidup menggereja, harus saling menguatkan terutama bagi yang belum aktif, agar bisa aktif dalam kegiatan gereja maupun lingkungan memang diperlukan niat dan panggilan iman yang memang tergerah untuk ikut pelayanan ataupun hidup dalam persekutuan maka dari itu sikap saling mendorong dan merangkul sangat dibutuhkan. Banyak kegiatan yang diikuti antara lain koor, sembayangan, sarasehan, misa lingkungan, arisan wanita katolik, KEP, rapat lingkungan, rapat wilayah, kerjabakti lingkungan dan wilayah, jaga parkir di gereja dan masih ada yang lainnya.

Pertanyaan terakhir “Apa tantangan dan usaha yang telah dilakukan bersama Lingkungan dalam mengupayakan persekutuan umat beriman dalam Yesus Kristus?”

Tantangan yang muncul ketika ada agenda yang bersama dengan agenda lingkungan adalah perlunya menyempatkan waktu untuk berpartisipasi. Seringkali, dalam menjalankan tanggung jawab terhadap lingkungan, kita harus mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan kadang-kadang juga secara finansial. Namun, jika kita menganggapnya sebagai ladang pelayanan bagi Tuhan, maka setiap pengorbanan yang kita lakukan akan bernilai dan berbuah pada saat yang tepat. Meskipun tantangan bisa terasa berat, tetapi jika kita tetap memegang teguh tekad dan motivasi kita dalam menjalankan tugas ini, maka kita akan menemukan bahwa bekerja di ladang Tuhan memberikan kepuasan yang tidak terhingga. Setiap langkah kecil yang kita ambil dalam mendukung agenda lingkungan akan memberikan dampak positif bagi bumi tempat kita tinggal dan bagi generasi yang akan datang.

Agenda lingkungan bukanlah sesuatu yang hanya bergantung pada individu atau kelompok tertentu, tetapi merupakan tanggung jawab bersama sebagai umat manusia. Dengan kerjasama dan kolaborasi dari berbagai pihak, kita dapat menciptakan perubahan nyata dalam pelestarian alam dan lingkungan hidup.

Fransiska Fioreti Puspita

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *