407 St. Maria Sidokerto-Pertemuan APP kedua th 2024

Pertemuan APP kedua. Kamis tanggal 29-2-2024 sekitar pukul 19.00 WIB umat lingkungan St Maria Sidokerto wilayah Robertus Bellarminus Kalasan Tengah mengadakan pertemuan APP kedua yang diselenggarakan di rumah Lusia Sudinem, seorang janda yang tinggal bersama cucunya meski tidak seiman.

Satu hal yang menjadikan ciri khas jika rumah Lusia Sudinem (yang sering dipanggil mbah Slamet) mendapatkan giliran menjadi tempat pertemuan umat lingkungan St Maria adalah selalu menanyakan beberapa umat yang saat itu tidak bisa hadir.

Hal baik ini dilakukannya karena dia merasa senang dengan kehadiran umat yang ada sehingga dengan mengetahui alasan umat yang tidak bisa hadir berarti dia memperhatikan saudara seimannya. Begitulah caranya untuk menciptakan kekudusan yang mampu dia lakukan.

Pertemuan kedua ini dipimpin oleh FX Dapiyanto salah satu prodiakon dan juga seorang dosen teologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan materi yang sesuai dengan buku pegangan dari KAS yakni “iman yang bertumbuh dan mengakar”.

Sesuatu kalau sudah mengakar akan susah dicabut. Dalam permenungannya umat diajak untuk menyadari bahwa iman merupakan suatu rahmat yang perlu dipelihara agar tumbuh dan mengakar serta meneladan pedoman St Paulus yakni hidup adalah Kristus mati adalah keuntungan (kabegjan).

Disebutkan juga bahwa dalam injil Yohanes 6:68-69 yang menceritakan ditengah situasi banyaknya orang meninggalkan Tuhan Yesus, Petrus tetap setia pada pendiriannya yaitu mengikut Tuhan Yesus. Mengapa banyak murid Tuhan Yesus meninggalkanNya? Karena mereka tidak siap mendengar perkataan Tuhan Yesus yang dianggap keras (Yoh. 6: 61).

Dalam perikop ini terdapat dua sikap yaitu : Pertama, sikap penolakan sebagian orang yang tadinya mengikut Tuhan Yesus pada akhirnya berbalik dan tidak mengikut Dia lagi. Kedua, sikap kemantapan diri dari Rasul Petrus.

Ketika ia melihat kenyataan bahwa banyak murid meninggalkan Tuhan Yesus, ia tidak mau ikut-ikutan mereka. Ketika Tuhan Yesus bertanya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Simon Petrus berkata kepada Tuhan Yesus, ”Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (Yoh. 6: 68-69).

Dengan mengatakan hal itu, Petrus menunjukkan keyakinan imannya pada Tuhan Yesus. Baginya hanya ada satu kenyataan, yaitu hanya Tuhan Yesus saja yang memiliki kata-kata hidup. Dialah Sang Roti Hidup, jalan menuju kehidupan dan kekekalan. Hal itulah yang membuatnya bertahan mengikut Dia dalam segala keadaan. Kesetiaan Petrus merupakan teladan bagi kita.

Adakalanya kita berjumpa dengan realitas yang membuat kita menjadi ragu mengikut Tuhan Yesus. Saat iman dan keyakinan kita kepada-Nya diombang-ambingkan oleh berbagai peristiwa yang mengguncang hidup, sebaiknya batin kita berpegang pada ungkapan ”Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”

Melalui ungkapan itu, kita meyakini bahwa bersama Tuhan Yesus kita kuat menghadapi berbagai rupa keadaan. Kekuatan itu didapat karena kita dekat dengan Dia. Dari bacaan surat kedua Rasul Petrus dinyatakan Yesus telah menganugerahkan janji yang berharga dan sangat besar supaya kita luput dari hawa nafsu duniawi sehingga kita harus sungguh- sungguh memperkuat iman, menambah pengetahuan serta penguasaan diri, ketekunan dan kesalehan.

Sebagai contoh penguasaan diri adalah karena ingin sesuatu sampai pinjam-pinjam, tdk bisa mengembalikan ya ditinggal saja. Ini berarti tidak mampu menguasai dirinya. Memperhatikan apa yang kita makan, tak sembarangan agar kita tetap sehat, ini contoh yang mampu menguasai diri.

Yang dimaksud ketekunan adalah melaksanakan doa harian, baca kitab suci, ikut pertemuan/ kegiatan menggereja. Sedangkan kesalehan contohnya rajin doa, novena, ziarah ( individu). Selanjutnya ada tiga umat yang berkenan sharing perjalanan imannya.

Pertama : Heribertus Suradi membagikan pengalaman iman dan perjalanan hidupnya yang dimulai saat masih sekolah menengah pertama hingga saat ini berkembang yang diikuti dengan dibaptisnya orangtua dan anggota keluarga serta beberapa tetangganya. Berbagai tantangan ditemuinya dan dalam situasi keterbatasan dapat menjalaninya. Prinsip yang dipegang adalah terbuka terhadap orang-orang beragama lain. Dalam upaya agar imannya mengakar selalu diusahakan menerima dirinya dan keadaan yang ada.

Kedua : Yohanes Sumadi membagikan perjalanan ziarahnya waktu muda dengan jalan kaki dari Gunung Kidul sampai sendang Sriningsih serta perjalanan imannya hingga menikah secara Katolik dan akhirnya orang tuanya juga ikut dibaptis. Sharing terakhir oleh Monika Biantari yang membagikan cerita tentang orang- orang di sekitarnya yang menanggalkan nama baptisnya karena jabatan di tempat kerjanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *