BAKTI SOSIAL & MISA SYUKUR PESTA NAMA ST. PELINDUNG LINGK. ST.MATIUS

KOMSOS-GMK. Terkadang cara kita mengelola kehidupan keluarga, persahabatan, perusahaan, bahkan organisasi keagamaan bisa memunculkan sifat-sifat asli kita yang sebenarnya ingin kita sembunyikan. Dalam sebuah organisasi, misalnya, kita ingin selalu didengar, selalu merasa benar, dan juga kurang peka terhadap pendapat  orang lain. Salah satu faktor yang dapat memunculkan sifat tersebut adalah karena kewenangan. Terkadang juga si pemilik kewenangan itu merasa lebih baik daripada yang lain dan merasa diri lebih layak medapatkan hasil lebih dari pencapaian organisasi.

Paroki juga merupakan sebuah organisasi, yang pada prinsipnya organisasi paroki bersifat teritorial, bukan personal ataupun kategorial. Di paroki-paroki besar, partisipasi awam di dalam lingkup pastoral diperluas dengan membagi paroki menjadi bentuk-bentuk seperti wilayah, stasi, dan lingkungan. Lingkungan St.Matius juga tidak luput dari tatanan sebuah organisasi.

Namun dalam hal kepanitiaan menyambut pesta nama pelindung Lingkungan Santo Matius kita semua merasa bahwa kita memiliki kewenangan bersama, seperti komunitas yang bekerja bersama, tidak ada yang di depan atau pun di belakang. Bukan Anda yang bertanggung jawab bukan pula saya yang bertanggung jawab tetapi “kita” lah yang bertanggung jawab. Tidak melihat Anda adalah seorang ketuanya, atau Anda adalah yang bertanggung jawab untuk program acara. Namun kita semua mempunyai kesadaran bahwa kita berbagi kewenangan dan tanggung jawab yang setara. Jika kita bisa melakukan hal ini, maka kesulitan mungkin akan berkurang.

Sejarah Lingkungan Santo Matius Cupuwatu II

Umat Katolik yang berada di wilayah administratif Cupuwatu II merupakan bagian dari umat lingkungan Santo Yusuf Cupuwatu I. Dari jumlah semula 10 Kepala Keluarga (KK) kemudian berkembang menjadi 27 KK dengan jumlah umat 115 orang. Kemudian pada tanggal 21 September 1999 berdirilah lingkungan baru yang mengambil nama Santo Pelindung Matius. Hasil kebijakan gereja pada tahun 1999 terkait proses pemekaran lingkungan untuk memperlancar dan mempermudah proses pelayanan umat Katolik di Paroki Marganingsih menjadi latar belakang berdirinya lingkungan ini.

Sebelum dilakukan pemekaran, umat katolik yang berada di Cupuwatu II merupakan sekumpulan kecil orang-orang yang memiliki semangat besar untuk mau bertobat setia dan beriman besar mengikuti Yesus sebagai Sang Juru Selamat, seperti Matius, sang sebagai pemungut cukai yang langsung berdiri ketika Yesus memanggilnya dan mengikutiNya tanpa ragu sedikit pun.

Hal ini selaras dengan petikan homili Romo Antonius Dadang Hermawan, Pr yang memimpin misa syukur pesta nama pelindung St.Matius. “Kalau kita meyakini sebagai pendosa, saya dan bapak ibu adalah 100% pendosa. Bahkan Santo Paulus mengatakan di antara para pendosa akulah yang paling berdosa, jadi kita tidak usah malu untuk mengakui bahwa kita semua adalah pendosa, tidak usah sok suci, tidak usah munafik, tidak usah menutup-nutupi bahwa kita sebagai pendosa. “

Bakti Sosial dan Misa Syukur Pesta Nama Pelindung St.Matius

“Apakah Anda bahagia di rumah?” Pertanyaan sederhana ini sangat mudah dijawab bagi sebagian orang,  namun apakah mereka semua yang berada di dalam rumah benar-benar berbahagia? Berkaca pada pertanyaan ini, panitia pesta nama lingkungan St.Matius membuat rangkaian acara dalam menyambut pesta nama pelindung St.Matius. Acara tersebut diwujudkan dalam bentuk bakti sosial yaitu berkunjung ke umat lingkungan dan memberikan penghiburan bagi umat di lingkungan yang sakit dan yang mobilitasnya terbatas.

Kunjungan juga dimaksudkan untuk memberikan suasana baru di dalam rumah para sepuh dengan berdoa dan bernyanyi bersama. Kegiatan ini diharapkan bisa memberikan warna baru dalam kehidupan hariannya. Di samping itu, panitia dan umat lingkungan juga menjaga keharmonisan dengan warga lingkungan sekitar dengan memberikan bingkisan berupa beras, gula, minyak sayur kepada warga masyarakat sekitar yang sangat membutuhkan.

Puncak acara pesta nama santo pelindung dirayakan dengan misa syukur pada tanggal 20 september pukul 19.00 wib di rumah Brigitta Winarsih. Panitia dan umat bekerja keras untuk menyiapkan segala sesuatunya demi menghadirkan misa syukur yang sangat berkesan, dengan mengundang ketua lingkungan lain dan dengan dekorasi sekeliling altar yang ramah lingkungan. Panitia juga mempersiapkan video yang menampilkan foto-foto kegiatan umat lingkungan dari masa ke masa. Ditayangkan pula video wawancara salah seorang tokoh di lingkungan St.Matius yakni Bartholomeus Purwoto yang sampai sekarang masih aktif sebagai prodiakon Paroki Marganingsih Kalasan. Video berkisah tentang sejarah berdirinya lingkungan St.Matius.

Tayangan foto-foto para tokoh dan pengurus pertama Lingkungan St.Matius panitia dimaksudkan sebagai ucapan terima kasih kepada mereka yang sudah berjasa besar dalam menjaga kerukunan umat St.Matius hingga sekarang. Umat yang hadir sangat berkesan dengan rangkaian acara yang dirancang dan dikemas panitia yang sebagian besar berusia di bawah 35 tahun ini.

“Acara pesta nama santo pelindung ini merupakan yang pertama kali diadakan di lingkungan St.Matius. Puji Tuhan semua berjalan dengan sukses,” ujar Antonius Wakhid, ketua panitia.

Siap Mengikuti Yesus

Dalam homilinya, Romo Dadang mengajak umat untuk berkaca pada kisah rasul Matius. Pertama, kita diajak untuk mengakui kita ini sebagai pendosa, dan yang lebih penting adalah yang kedua yakni mengikuti Dia. Jika kita mengakui bahwa kita pendosa tetapi belum mengikuti Yesus, berarti kita masih jalan di tempat, belum ada perubahan yang berarti. Warta gembira menegaskan bahwa Yesus itu mencari para pendosa bukan mencari yang benar. Yesus itu mencari yang sakit, bukan yang sehat. Untuk selanjutnya mereka diajak untuk mengikutiNya.

Romo Dadang juga mengajak umat untuk berefleksi “Kita diajak untuk mengikuti Dia, mengikuti yang seperti apa?”

“Maka saya dan bapak ibu umat lingkungan St. Matius diajak mengikuti Yesus seperti Matius itu. Artinya kita diajak untuk mengikuti Dia dalam membangun kesatuan roh sebagai orang- orang yang percaya kepada Kristus. Kita bisa saling membantu bukan pada perkara saat-saat kita pesta, tetapi saat-saat biasa. Bahkan saat-saat kita sedang susah, kita wajib membangun kesatuan tubuh kesatuan roh sebagai satu  jemaat yang berbela rasa,” tutur Romo Dadang.

Romo Dadang juga berpesan bahwa jika berlindung kepada Santo Matius maka hendaklah kita menjauhi dari fitnah, berhenti menyebarkan berita bohong (hoaks). Di samping itu, Romo Dadang juga mengajak umat untuk menimba semangat Santo Matius dalam mewartakan kabar baik.

Semoga umat lingkungan Santo Matius setia membangun persekutuan di tingkat lingkungan dan berani mewartakan kabar sukacita, sebab tidak cukup kita mengaku sebagai pendosa tetapi kita juga diajak mengikuti Yesus yakni membangun tubuh mistikNya, yaitu persekutuanNya dan paguyubanNya.

Catatan: Liputan oleh Donald Maradona

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *