407 St. Maria Sidokerto : Sarasehan pertama katekese pendidikan 2024

Keuskupan Agung Semarang telah menetapkan bulan Mei tahun 2024 sebagai bulan katekese pendidikan, maka umat lingkungan St Maria Sidokerto Wilayah Robertus Billarminus Kalasan Tengah pun menyambut baik ketetapan tersebut dengan melaksanakan sarasehan yang pertama serta dilanjutkan dengan doa rosario yang dilaksanakan pada hari senin tgl 6-5-2024 di kediaman Wisnu Wardana.

Sarasehan dipimpin oleh Paulus Budi Sutrisno yang menjabat sebagai ketua lingkungan mengajak umatnya untuk mendiskusikan materi yang ditetapkan oleh Keuskupan Agung Semarang yakni ” Generasi Z dan model pendampingannya” dengan berdasarkan bacaan injil Lukas 2:22-40 yang menampilkan masa kecil Yesus. Inti permenungan yang dapat diambil dari bacaan tersebut adalah pendampingan Maria dan Yusuf terhadap Yesus dengan cara memperkenalkan tradisi mereka saat itu.

Kitapun juga mendampingi anak, walaupun anak sudah berkeluarga pendampingan bergeser sehingga menjadi pendampingan terhadap cucu. Pendampingan anak menyesuaikan dengan perkembangan jaman, terlebih saat ini adanya perkembangan teknologi yg sangat pesat tentunya menuntut cara pendampingan yang sesuai.

Pendampingan anak generasi milenial (yang lahir tahun 1990 – 1997 ) harus berbeda dengan anak generasi Z (lahir tahun 1997-2012 ) dan akan berbeda lagi dengan cara pendampingan anak generasi Alfa ( yang lahir tahun 2012- 2024). Saat ini anak generasi Z sudah menjadi anak remaja yang diperkirakan sedang belajar di bangku SMP, SLTA ataupun di perguruan tinggi.

Ada beberapa hal yang disharingkan pada pertemuan kali ini dan bisa mewakili setiap jenjang pendidikan.

Pertama, pengalaman Paulus Budi yang mau belajar bagaimana memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini dari anak dan menantunya.

Kedua, Rita Setyaningsih menceritakan pengalaman orangtua para murid di sekolah yang dipimpinnya bahwa anak-anak SD pun sudah mempunyai hp dan memiliki grup sendiri.

Pendidikan anak tidak bisa hanya diserahkan kepada sekolah. Sekolah tidak mampu mendampingi anak satu persatu sehingga harus ada kerjasama dengan orangtua. Sebagai contoh ada pertengkaran antara anak didiknya gara- gara status foto yang diunggah salah satu muridnya di luar jam sekolah. Oleh karena itu sebagai orangtua jaman sekarang harus benar-benar pintar menyiasati dan mengawasi anaknya terhadap benda elektronik seperti hp ini.

Ketiga, FX Dapiyanta yang berkecimpung dengan dunia mahasiswa juga memberikan pendapatnya bahwa orang tua harus memberi contoh untuk tidak pegang gadget terus agar anak tidak kepengin. Saat ini banyak orang gila hormat, pamer kekayaan melalui salah satu media sosial agar dipuji orang.

Keempat, Restituta Estin Ami Wardani juga membagikan pengalaman mendampingi anak-anak di sekolah menengah tingkat pertama. Kebijakan di sekolah smp, para murid diperbolehkan membawa HP karena untuk keperluan komunikasi dengan orangtua terlebih jika ada hal-hal yang mendadak, sebagai contohnya kalau ada perubahan jam pulang sekolah sehingga orang tua bisa segera menjemput putra atau putrinya.

Pada jam-jam tertentu HP dikumpulkan di guru BK ( guru bimbingan konseling). Jika proses pembelajaran membutuhkan ada rekomendasi dari guru sehingga murid bisa mengambil HP nya di BK sekolah. Semoga pengalaman yang dibagikan ini bisa bermanfaat bagi para pasangan suami istri keluarga muda.

Dilaporkan dan ditulis oleh : Yustina Titin Purwantiningsih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *