407 St. Maria Sidokerto: Ibadat Selapanan

Pada hari Selasa tgl 21-5-2024 sekitar pukul 19.00 WIB keluarga Yohanes Leonardus Gracehadi Abu Jatmiko mengundang umat lingkungan St Maria Sidokerto, wilayah Robertus Bellarminus Kalasan Tengah, untuk mendukung ucapan syukur keluarga atas kelahiran putranya yang diberi nama Hugo Ganesh Andhika Darmawangsa dan sudah genap berusia selapan. Ibadat selapanan ini dipimpin oleh FX Dapiyanto, salah seorang prodiakon dari lingkungan yang kebetulan memiliki pengetahuan cukup baik tentang tradisi jawa.

Dalam pengantarnya dikatakan bahwa tradisi suatu daerah atau suatu agama atas lahirnya seorang bayi berbeda-beda. Tradisi Yahudi menyebutkan bahwa anak dipersembahkan dalam bait Allah. Tradisi umat Muslim menggunakan tradisi aqiqah atau sering dikatakan qiqahan. Tradisi umat Katolik adalah adanya baptis bayi. Dalam tradisi Jawa ada sepasaran (atau puputan) dan selapanan. Selapan adalah 35 hari yang dihitung berdasarkan pertemuan antara pasaran yang diyakini orang jawa (pon, wage, kliwon, legi, pahing) dan hari yang dikenal secara umum dalam penanggalan Masehi (senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu).

Permenungan dalam ibadat selapanan kali ini didasarkan pada bacaan harian yakni Markus 9:30-37 yang menceritakan bahwa ketika para murid mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka, Yesus memanggil para murid dan berkata “Jika seseorang ingin menjadi terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya”. Lalu Yesus menempatkan seorang anak kecil di tengah mereka, kemudian Yesus memeluk anak itu dan berkata “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya tetapi Dia yang mengutus Aku. “

Bacaan injil ini tepat sekali digunakan sebagai bahan renungan yang terkait dengan lahirnya seorang anak. Kiranya ini merupakan karya Roh Kudus yang telah membimbing keluarga Abu Jatmiko untuk menentukan pelaksanaan ibadat selapanannya. Makna doa selapanan adalah mohon agar kapan pun dan dimana pun anak akan selalu dijaga dan keluarga menyerahkan anak dalam perlindungan Tuhan dan juga kepada malaikat pelindung (malaikat pamomong) sebab kalau anak sudah agak besar dan sudah bermain sendiri nanti tidak bisa dijaga terus-menerus. Pengalaman menarik pernah terjadi pada keluarga FX. Dapiyanto. Ada ular di bawah kasur anaknya dimana kasurnya diletakkan di lantai. Keberaan ular ini beruntung diketahui ketika anaknya merasakan ada sesuatu yang “aneh” di bawah kasurnya. Setelah si anak berteriak kaget dan takut akhirnya ular dapat disingkirkan oleh beberapa orang dewasa yang membantunya.

Kalau direnungkan, hal seperti ini merupakan suatu perlindungan dari malaikat pelindung terhadap anak tersebut sehingga tidak sampai tergigit ular. Di tengah permenungannya, FX. Dapiyanto memberi kesempatan kepada Abu Jatmiko untuk menjelaskan makna dibalik nama anaknya, Hugo Ganesh Andhika Darmawangsa. Dijelaskan bahwa Hugo adalah nama Santo pelindungnya saat baptis nanti. Ganesh berasal dari kata “Ganesha” yakni terinspirasi dengan suatu patung dengan badan seorang anak tetapi berkepala gajah yang menceritakan tentang seorang dewa yang lahir karena keinginan dewi Parvati untuk menjadi seorang ibu.

Diceritakan bahwa dewa Siwa yang suka menghabiskan waktunya untuk bermeditasi di Himalaya di atas permadani kulit harimau, menikah dengan dewi gunung Parvati. Ketika dewa Siwa bermeditasi di pegunungan, Parvati menginginkan seorang pelayan surgawi yang akan melayani Parvati dan Siwa dengan sempurna. Akhirnya Parvati membuat patung dari kotoran tubuhnya saat mandi dan meditasi dengan sepenuh hati hingga patung itu hidup dan diberi nama Ganesha. Tidak seperti anak lainnya yang harus melewati fase seorang bayi, Ganesha sudah langsung menjadi dewa yang baru lahir dan sudah lengkap dan berpakaian serta bertugas untuk melayani sebagai penjaga gerbang rumah Parvati dan memegang teguh perintah yang diterimanya yaitu tidak membiarkan siapa pun masuk ke kamarnya.

Beberapa waktu kemudian, Siwa tiba-tiba kembali dari meditasinya. Ganesha mengikuti perintah ibunya dan menolak siapapun yang akan masuk. Dia bahkan melangkah lebih jauh dengan memukul Siwa dengan tongkat untuk mengusirnya. Bahkan setelah Siwa memberi tahu bocah itu bahwa dia adalah suami Parvati, Ganesha menolak untuk mengalah dan memukul Siwa lagi dengan tongkatnya. Marah karena diusir dari rumahnya sendiri, Siwa memenggal kepala Ganesha dengan trisulanya. Karena kesedihan atas kematian putranya, Parvati menangis dan menciptakan sejumlah dewi, yang dia perintahkan untuk melahap semua dewa, orang bijak, dan setan dunia. Dia bersumpah bahwa hanya menghidupkan kembali putranya yang akan menghentikan amarahnya yang mengerikan. Bahkan Siwa merasa tertekan akan hal ini, dan semua dewa berunding bersama. Siwa memutuskan untuk memperbaiki kesalahannya. Dia mengirim para dewa untuk membunuh orang pertama yang mereka temui dan menempelkan kepalanya ke tubuh Ganesha.

Setelah menemukan seekor gajah, mereka memenggal kepalanya dan menempelkannya ke Ganesha. Mereka kemudian membawa kembali jenazah tersebut, memercikkannya dengan air suci, dan menggumamkan doa-doa dan jenazah tersebut segera hidup kembali. Dengan dipulihkannya sang putra, Parvati menghentikan serangan gencarnya ke surga dan bersukacita.

Selanjutnya Ganesha diangkat menjadi kepala prajurit dan pelayan Siwa. Dari cerita tersebut, diharapkan nantinya anak yang didoakan ini akan menjadi anak yang berpegang teguh pada prinsip sebagai orang Katolik. Sedangkan kata “Andika” adalah harapan menjadi anak yang pintar. Selanjutnya kata “Darmawangsa” yang terdiri dari suku kata ” Darma” dan “wangsa” diharapkan agar nantinya anak dapat mendarmabaktikan dirinya kepada sesama khususnya keluarga dekatnya.

Permenungan diakhiri dengan pesan dari FX Dapiyanto bahwa kewajiban orang tua adalah “nggulowenthah anak”, yaitu memberikan pendidikan untuk jiwa, batin dan badan pada anak. Diberikan juga nasehat melalui tembang mijil yaitu suatu jenis tembang macapat yang dapat bercerita tentang belas kasih, harapan, ketabahan maupun cinta. Kata “mijil” berarti keluar. Kata-kata dalam tembang mijil dapat cocok untuk memberikan nasehat bagi anak yang baru lahir. Tembang mijil yang diberikan saat ini berbunyi : Dedalane guno lawan sekti (jalannya orang mencari ilmu) kudu andap asor (harus rendah hati) wani ngalah luhur wekasane (berani mengalah bagus hasilnya) tumungkulo yen dipun dukani (jangan membantah kalau dinasehati) bapang den simpang (jauhilah pesta pora) ana catur mungkur (jauhilah pergunjingan/pertengkaran).

Berdasarkan tembang mijil tersebut juga dipesankan untuk para orang tua bahwa anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita beri nasehat yang baik. Anak adalah simbol yang kecil dan yang selalu membuat gembira. Jika kita diberi anak itu berarti kita diberi kesempatan untuk mencintai tanpa syarat. Adanya anak membuat orang tua dapat menghayati tanpa pamrih karena anak tidak bisa berbuat apa-apa.

Catatan: Liputan ditulis oleh Yustina Titin Purwantiningsih

yusupriyas

Pengajar Les Bahasa Inggris SD, SMP/SMA, mahasiswa/umum (conversation, TOEFL/IELTS), penulis buku (lebih dari 70 buku pengayakan bahasa Inggris ), profesional editor & translator, Peminat sastra dan fotografi. Bisa dikontak di 08121598358 atau yusup2011@gmail.com.

Learn More →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *